Itsmeh96

Tags: HaeRen abo!au, public sex, anal fingering, harsh words, swearing, local profanities, jorok, scenting, pwp, nsfw.

MINORS JANGAN BACA!


“Lu jangan lupa bawa suppressant.”

“Iye, bawel. Lagian gue ga pernah lupa.”

Adalah percakapan terakhir Renjun bersama sang kakak sebelum berangkat untuk menghadiri undangan job interview di perusahaan ternama, Lee Corporation. Sayang beribu sayang nyatanya peringatan sang kakak tersebut hanya jadi angin lalu. Renjun tetap lupa membawa suppressant baru, dan sekarang berakhir ngangkang tanpa sehelai pakaian, diperparah lagi jadi bahan tontonan orang-orang berjas lain yang bahkan tak ia kenal.

“Dapet mainan dari mana, bos?”

“Anjir, pasti enak nyodok lubang sempit gitu.”

“Banjir gile bocor tuh lubangnya bocor.”

Mata Renjun udah setengah terbuka, coba fokus lihat semua sumber suara Alpha yang lagi pasang muka sange ke arahnya. Renjun lalu dengan sengaja makin lebarin kakinya, “Berisik tolol,” Renjun yang lagi heat emang suka jadi liar dan frontal. “Gue mau dientot— aah,” Jari Haechan garukin dinding anal Renjun makin dalem, “Malah ditontonin doang— hnngg.”

Lee Haechan, selaku CEO perusahan terkekeh dengar ucapan Renjun, “Suka digarukin lubangnya? Iya? Udah sange banget sampe minta dientot siapa aja?”

Denger itu Renjun langsung merengek, mengalungkan kedua tangannya di leher Haechan buat ngendus dan jilat feromon maskulin sang Alpha sama lidahnya.

“Gila, lubangnya merah banget, pasti abis dijebol,” Doyoung, HRD yang hari ini bertugas nyeleksi calon karyawan baru ikut berkomentar, “Bisa aja si bos nyari mainan barunya cakep banget.”

Si pria Jung ikut menimpali, “Ini sih keliatan sering dientot.”

Renjun buru-buru gelengin palanya yang pening dan sukses buat semua pasang mata di sana terfokus ke arahnya. Sampe akhirnya Haechan buka suara, “Pada mau lihat live bokep ga?”

Semua orang di sana serempak menjawab mau, tentu saja, dan diam-diam udah pada nganceng duluan.

Pas pinggul Renjun gerak-gerak nyari kenikmatan dari jari Haechan, tiba-tiba Alpha itu menarik keluar keempat jemarinya. Mata Renjun otomatis membulat, melihat para Alpha di sana memeggangi kontolnya masing-masing, bersiap mencari kenikmatan sendiri dengan menonton pertunjukan di hadapan mereka.

Menonton dirinya. Menonton lubangnya yang bentar lagi digempur kontol Haechan.

Yah, anjing. Kenapa gue malah jadi bahan tontonan ga senonoh begini? Heat sialan, sial — sial — sial

Haechan jepit kedua kaki Renjun, sabuk serta celana dalamnya udah dilepas, sekarang Haechan memposisikan diri di selangkangan Renjun dan melebarkan kedua kakinya. Wangi feromon khas sang Omega menyeruak indra penciuman, memabukkan. “Wanginya mantep banget.”

Semua Alpha di sana mengangguk setuju.

“Udah ga sabar pengen saya kontolin?” Goda Haechan saat Renjun mencoba meraihnya, menggapai dada dan perutnya, meregangkan jemarinya buat raih kontol Haechan.

“Mau dikontolin, Alpha. Mau dikontolin sampe bego—”

Rengekan Renjun sukses buat Haechan menggeram, ia lalu meraih paha Renjun dengan tenaga sedemikian kuat hingga Renjun berteriak kaget. Haechan membelah lubangnya dengan kejam, kaki Renjun menggantung di udara, sebelum Haechan membidik kontolnya ke lubang licin Renjun, “As you wish, princess.” Dan pinggul Renjun mulai bergerak tanpa sadar, membenamkan milik Haechan ke dalam lubangnya yang udah kedut-kedutan. Renjun sepenuhnya terpengaruh dengan feromon Haechan yang luar biasa. Aroma Haechan ngehasilin bau sperma yang menyumbat ruangan, kegilaan yang menegaskan jika dirinya Alpha dari semua Alpha.

Haechan meraih paha Renjun dan mengangkatnya sampai ia melingkarkan kaki kurus sang Omega di pinggang. Renjun mencengkeram bahu lebar Haechan kuat-kuat sementara rengekannya terkubur di leher sang Alpha, “Knot me, Alpha.” Erang Renjun di telinga Haechan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rengekan saat Haechan menyodok kontolnya lebih dalam, berulang-ulang, seperti orang kesetanan. “Aah, hmm, ah, AH!”

Tusukan demi tusukan membuat cairan Renjun mengalir dengan licin, kepalanya terlempar ke belakang saat Haechan balas menjilati lehernya. Alpha itu bahkan mendorong ibu jarinya ke leher Renjun, begitu kuat hingga kepala Renjun membentur meja, dan dia membungkuk buat berbisik, “Berdiri di pojok sekarang.”

Renjun menelan ludah, siap menjelankan perintah, tapi juga enggan melepaskan diri dari kontol sang Alpha. Nada mendominasi Haechan udah ngubah kakinya jadi jeli, tapi mau tak mau dengan susah payah Renjun berdiri di pojok ruangan menuruti perintah Haechan.

“Dih nangis, tadi aja binal minta dikontolin,” Jaemin yang dari tadi diem akhirnya ikutan nyaut, tangannya sibuk ngocok penisnya sendiri. “Jangan kasih ampun, bos. Gempur aja sampe pingsang.”

Jeno di sampingnya menoleh dan noyor pala Jaemin, “Udah ngecrot aja lu, bego.”

“Gatahan, Jen.” Akunya agak ngos-ngosan abis pelepasan, “Mending sini lo gue kontolin juga, mau?”

“Anjing,” Umpat Jeno seraya menggeser tubuhnya menjauh dari Jaemin, “Gue juga pihak atas, tolol.”

“Ya, 'kan apa salahnya dicoba—”

“Bacot, Jaem.” Muka Jeno udah kecut banget, “Kontol gue bisa-bisa ga sange lagi.”

Jaemin mengedikkan bahunya acuh, lalu mulai fokus liatin Renjun yang sekarang lagi melotot horror, Alpha dalam diri Haechan tampaknya sudah mengambil alih saat ini. Tak ada lagi CEO ramah yang selalu mengumbar senyuman hangat, melainkan hanya ada seseorang yang sepenuhnya mendominasi, menuntut, memerintah, menginginkan — seolah menegaskan di sini ada seseorang yang berjanji buat Omeganya tunduk.

“Maaf— maafin gue, Alpha,” Renjun merengek tak tahu juga minta maaf untuk apa, tapi jujur saja dia sedikit takut. Haechan menerjang ke arahnya buat ngangkat salah satu kaki Renjun, merentangkan pahanya dan memperlihatkan seluruh lubangnya ke udara dingin yang tak luput dari pandangan Alpha lain.

Dih, anjing. Harusnya gue yang ngontolin tuh lubang.

Haechan menggeram, memamerkan giginya saat dia naikin kaki Renjun di atas pinggul, “Semua orang di ruangan ini bisa mencium feromon kamu, dan itu bikin saya gila. Kamu harus tanggungjawab untuk itu. Dengar?”

Haechan mencondongkan tubuh ke depan untuk memagut bibir Renjun, lidah mereka bergulat bersama saat Haechan terus melahap dan melahapnya, mencium Renjun dengan sangat kasar hingga si Omega bisa merasakan bibirnya membengkak. Renjun bahkan tidak bisa mengerang, semua suaranya tenggelam ke dalam mulut Haechan, dan dia terisak saat Haechan kembali meloloskan jemarinya menyodok lubang Renjun.

“Anjing, brengsek— ahh!” Renjun merengek dan hampir menjerit, karena demi Tuhan... Haechan tidak bersikap lembut sedikit pun — sang Alpha menarik lubang Renjun terbuka, jari-jarinya menyentak masuk dan keluar dengan kecepatan maksimal ke dinding Renjun yang juga ikut bengkak, dan Renjun tiba-tiba tahu apa yang sang Alpha coba lakukan. Dia tahu, dan itu membuat seluruh tubuh Renjun memerah karena malu.

Haechan sedang mencoba untuk membuatnya squirt.

No, ahh — no squirt, please.” Mohon Renjun putus asa, dia tau kalau sampai squirt cairanya bakal muncrat kemana-mana. Kalau sampai squirt dia bisa bego beneran dan minta dikontolin seharian. “Alpha, please — AH! No—AAAHH!”

Dan bener aja kontol Renjun muncratin peju sama air urinnya ke mana-mana bahkan sampe kena ke muka Alpha lain. Lubangnya sendiri banjir sama cairan bening, wangi banget sampe bikin Alpha lain ikutan menggeram dan ngecrot barengan.

Dada Renjun kembang kempis, kakinya udah gaada tenaga sama sekali, tapi birahinya udah bangkit lagi. Lubangnya udah kedut-kedutan lagi minta dikontolin sama di-knotting, “Mau lagi, mau dikontolin terus — kontol Alpha — knot—”

“Bisa kali bos mainannya kita kontolin rame-rame.” Mark udah ngaceng lagi liatin lubang Renjun minta giliran.

Jisung yang biasanya diem aja ikutan nyahut, “Mau kontolin mulutnya juga.”

Haechan bawa tubuh Renjun yang masih gelinjangan ke atas meja, “Yaudah boleh, tapi nanti. Sekarang mau saya kontolin lagi sampe anaknya pingsan.”

Fin.

Tags: HaeRen abo!au, public sex, anal fingering, harsh words, swearing, local profanities, jorok, scenting, pwp, nsfw.

MINORS JANGAN BACA!


“Lu jangan lupa bawa suppressant.”

“Iye, bawel. Lagian gue ga pernah lupa.”

Adalah percakapan terakhir Renjun bersama sang kakak sebelum berangkat untuk menghadiri undangan job interview di perusahaan ternama, Lee Corporation. Sayang beribu sayang nyatanya peringatan sang kakak tersebut hanya jadi angin lalu. Renjun tetap lupa membawa suppressant baru, dan sekarang berakhir ngangkang tanpa sehelai pakaian, diperparah lagi jadi bahan tontonan orang-orang berjas lain yang bahkan tak ia kenal.

“Dapet mainan dari mana, bos?”

“Anjir, pasti enak nyodok lubang sempit gitu.”

“Banjir gile bocor tuh lubangnya bocor.”

Mata Renjun udah setengah terbuka, coba fokus lihat semua sumber suara Alpha yang lagi pasang muka sange ke arahnya. Renjun lalu dengan sengaja makin lebarin kakinya, “Berisik tolol,” Renjun yang lagi heat emang suka jadi liar dan frontal. “Gue mau dientot— aah,” Jari Haechan garukin dinding anal Renjun makin dalem, “Malah ditontonin doang— hnngg.”

Lee Haechan, selaku CEO perusahan terkekeh dengar ucapan Renjun, “Suka digarukin lubangnya? Iya? Udah sange banget sampe minta dientot siapa aja?”

Denger itu Renjun langsung merengek, mengalungkan kedua tangannya di leher Haechan buat ngendus dan jilat feromon maskulin sang Alpha sama lidahnya.

“Gila, lubangnya merah banget, pasti abis dijebol,” Doyoung, HRD yang hari ini bertugas nyeleksi calon karyawan baru ikut berkomentar, “Bisa aja si bos nyari mainan barunya cakep banget.”

Si pria Jung ikut menimpali, “Ini sih keliatan sering dientot.”

Renjun buru-buru gelengin palanya yang pening dan sukses buat semua pasang mata di sana terfokus ke arahnya. Sampe akhirnya Haechan buka suara, “Pada mau lihat live bokep ga?”

Semua orang di sana serempak menjawab mau, tentu saja, dan diam-diam udah pada nganceng duluan.

Pas pinggul Renjun gerak-gerak nyari kenikmatan dari jari Haechan, tiba-tiba Alpha itu menarik keluar keempat jemarinya. Mata Renjun otomatis membulat, melihat para Alpha di sana memeggangi kontolnya masing-masing, bersiap mencari kenikmatan sendiri dengan menonton pertunjukan di hadapan mereka.

Menonton dirinya. Menonton lubangnya yang bentar lagi digempur kontol Haechan.

Yah, anjing. Kenapa gue malah jadi bahan tontonan ga senonoh begini? Heat sialan, sial — sial — sial

Haechan jepit kedua kaki Renjun, sabuk serta celana dalamnya udah dilepas, sekarang Haechan memposisikan diri di selangkangan Renjun dan melebarkan kedua kakinya. Wangi feromon khas sang Omega menyeruak indra penciuman, memabukkan. “Wanginya mantep banget.”

Semua Alpha di sana mengangguk setuju.

“Udah ga sabar pengen saya kontolin?” Goda Haechan saat Renjun mencoba meraihnya, menggapai dada dan perutnya, meregangkan jemarinya buat raih kontol Haechan.

“Mau dikontolin, Alpha. Mau dikontolin sampe bego—”

Rengekan Renjun sukses buat Haechan menggeram, ia lalu meraih paha Renjun dengan tenaga sedemikian kuat hingga Renjun berteriak kaget. Haechan membelah lubangnya dengan kejam, kaki Renjun menggantung di udara, sebelum Haechan membidik kontolnya ke lubang licin Renjun, “As you wish, princess.” Dan pinggul Renjun mulai bergerak tanpa sadar, membenamkan milik Haechan ke dalam lubangnya yang udah kedut-kedutan. Renjun sepenuhnya terpengaruh dengan feromon Haechan yang luar biasa. Aroma Haechan ngehasilin bau sperma yang menyumbat ruangan, kegilaan yang menegaskan jika dirinya Alpha dari semua Alpha.

Haechan meraih paha Renjun dan mengangkatnya sampai ia melingkarkan kaki kurus sang Omega di pinggang. Renjun mencengkeram bahu lebar Haechan kuat-kuat sementara rengekannya terkubur di leher sang Alpha, “Knot me, Alpha.” Erang Renjun di telinga Haechan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rengekan saat Haechan menyodok kontolnya lebih dalam, berulang-ulang, seperti orang kesetanan. “Aah, hmm, ah, AH!”

Tusukan demi tusukan membuat cairan Renjun mengalir dengan licin, kepalanya terlempar ke belakang saat Haechan balas menjilati lehernya. Alpha itu bahkan mendorong ibu jarinya ke leher Renjun, begitu kuat hingga kepala Renjun membentur meja, dan dia membungkuk buat berbisik, “Berdiri di pojok sekarang.”

Renjun menelan ludah, siap menjelankan perintah, tapi juga enggan melepaskan diri dari kontol sang Alpha. Nada mendominasi Haechan udah ngubah kakinya jadi jeli, tapi mau tak mau dengan susah payah Renjun berdiri di pojok ruangan menuruti perintah Haechan.

“Dih nangis, tadi aja binal minta dikontolin,” Jaemin yang dari tadi diem akhirnya ikutan nyaut, tangannya sibuk ngocok penisnya sendiri. “Jangan kasih ampun, bos. Gempur aja sampe pingsang.”

Jeno di sampingnya menoleh dan noyor pala Jaemin, “Udah ngecrot aja lu, bego.”

“Gatahan, Jen.” Akunya agak ngos-ngosan abis pelepasan, “Mending sini lo gue kontolin juga, mau?”

“Anjing,” Umpat Jeno seraya menggeser tubuhnya menjauh dari Jaemin, “Gue juga pihak atas, tolol.”

“Ya, 'kan apa salahnya dicoba—”

“Bacot, Jaem.” Muka Jeno udah kecut banget, “Kontol gue bisa-bisa ga sange lagi.”

Jaemin mengedikkan bahunya acuh, lalu mulai fokus liatin Renjun yang sekarang lagi melotot horror Alpha dalam diri Haechan tampaknya sudah mengambil alih saat ini. Tak ada lagi CEO ramah yang selalu mengumbar senyuman hangat, melainkan hanya ada seseorang yang sepenuhnya mendominasi, menuntut, memerintah, menginginkan — seolah menegaskan di sini ada seseorang yang berjanji buat Omeganya tunduk.

“Maaf— maafin gue Alpha,” Renjun merengek tak tahu juga minta maaf untuk apa, tapi jujur saja dia sedikit takut. Haechan menerjang ke arahnya buat ngangkat salah satu kaki Renjun, merentangkan pahanya dan memperlihatkan seluruh lubangnya ke udara dingin yang tak luput dari pandangan Alpha lain.

Dih, anjing. Harusnya gue yang ngontolin tuh lubang.

Haechan menggeram, memamerkan giginya saat dia naikin kaki Renjun di atas pinggul, “Semua orang di ruangan ini bisa mencium feromon kamu, dan itu bikin saya gila. Kamu harus tanggungjawab untuk itu. Dengar?”

Haechan mencondongkan tubuh ke depan untuk memagut bibir Renjun, lidah mereka bergulat bersama saat Haechan terus melahap dan melahapnya, mencium Renjun dengan sangat kasar hingga si Omega bisa merasakan bibirnya membengkak. Renjun bahkan tidak bisa mengerang, semua suaranya tenggelam ke dalam mulut Haechan, dan dia terisak saat Haechan kembali meloloskan jemarinya menyodok lubang Renjun.

“Anjing, brengsek— ahh!” Renjun merengek dan hampir menjerit, karena demi Tuhan... Haechan tidak bersikap lembut sedikit pun — sang Alpha menarik lubang Renjun terbuka, jari-jarinya menyentak masuk dan keluar dengan kecepatan maksimal ke dinding Renjun yang juga ikut bengkak, dan Renjun tiba-tiba tahu apa yang sang Alpha coba lakukan. Dia tahu, dan itu membuat seluruh tubuh Renjun memerah karena malu.

Haechan sedang mencoba untuk membuatnya squirt.

No, ahh — no squirt, please.” Mohon Renjun putus asa, dia tau kalau sampai squirt cairanya bakal muncrat kemana-mana. Kalau sampai squirt dia bisa bego beneran dan minta dikontolin seharian. “Alpha, please — AH! No—AAAHH!”

Dan bener aja kontol Renjun muncratin peju sama air urinnya ke mana-mana bahkan sampe kena ke muka Alpha lain. Lubangnya sendiri banjir sama cairan bening, wangi banget sampe bikin Alpha lain ikutan menggeram dan ngecrot barengan.

Dada Renjun kembang kempis, kakinya udah gaada tenaga sama sekali, tapi birahinya udah bangkit lagi. Lubangnya udah kedut-kedutan lagi minta dikontolin sama di-knotting, “Mau lagi, mau dikontolin terus — kontol Alpha — knot—”

“Bisa kali bos mainannya kita kontolin rame-rame.” Mark udah ngaceng lagi liatin lubang Renjun minta giliran.

Jisung yang biasanya diem aja ikutan nyahut, “Mau kontolin mulutnya juga.”

Haechan bawa tubuh Renjun yang masih gelinjangan ke atas meja, “Yaudah boleh, tapi nanti. Sekarang mau saya kontolin lagi sampe anaknya pingsan.”

Fin.

Tags: HaeRen abo!au, public sex, anal fingering, harsh words, swearing, local profanities , jorok, scenting, pwp, nsfw.

MINORS JANGAN BACA!


“Lu jangan lupa bawa suppressant.”

“Iye, bawel. Lagian gue ga pernah lupa.”

Adalah percakapan terakhir Renjun bersama sang kakak sebelum berangkat untuk menghadiri undangan job interview di perusahaan ternama, Lee Corporation. Sayang beribu sayang nyatanya peringatan sang kakak tersebut hanya jadi angin lalu. Renjun tetap lupa membawa suppressant baru, dan sekarang berakhir ngangkang tanpa sehelai pakaian, diperparah lagi jadi bahan tontonan orang-orang berjas lain yang bahkan tak ia kenal.

“Dapet mainan dari mana, bos?”

“Anjir, pasti enak nyodok lubang sempit gitu.”

“Banjir gile bocor tuh lubangnya bocor.”

Mata Renjun udah setengah terbuka, coba fokus lihat semua sumber suara Alpha yang lagi pasang muka sange ke arahnya. Renjun lalu dengan sengaja makin lebarin kakinya, “Berisik tolol,” Renjun yang lagi heat emang suka jadi liar dan frontal. “Gue mau dientot— aah,” Jari Haechan garukin dinding anal Renjun makin dalem, “Malah ditontonin doang— hnngg.”

Lee Haechan, selaku CEO perusahan terkekeh dengar ucapan Renjun, “Suka digarukin lubangnya? Iya? Udah sange banget sampe minta dientot siapa aja?”

Denger itu Renjun langsung merengek, mengalungkan kedua tangannya di leher Haechan buat ngendus dan jilat feromon maskulin sang Alpha sama lidahnya.

“Gila, lubangnya merah banget, pasti abis dijebol,” Doyoung, HRD yang hari ini bertugas nyeleksi calon karyawan baru ikut berkomentar, “Bisa aja si bos nyari mainan barunya cakep banget.”

Si pria Jung ikut menimpali, “Ini sih keliatan sering dientot.”

Renjun buru-buru gelengin palanya yang pening dan sukses buat semua pasang mata di sana terfokus ke arahnya. Sampe akhirnya Haechan buka suara, “Pada mau lihat live bokep ga?”

Semua orang di sana serempak menjawab mau, tentu saja, dan diam-diam udah pada nganceng duluan.

Pas pinggul Renjun gerak-gerak nyari kenikmatan dari jari Haechan, tiba-tiba Alpha itu menarik keluar keempat jemarinya. Mata Renjun otomatis membulat, melihat para Alpha di sana memeggangi kontolnya masing-masing, bersiap mencari kenikmatan sendiri dengan menonton pertunjukan di hadapan mereka.

Menonton dirinya. Menonton lubangnya yang bentar lagi digempur kontol Haechan.

Yah, anjing. Kenapa gue malah jadi bahan tontonan ga senonoh begini? Heat sialan, sial — sial — sial

Haechan jepit kedua kaki Renjun, sabuk serta celana dalamnya udah dilepas, sekarang Haechan memposisikan diri di selangkangan Renjun dan melebarkan kedua kakinya. Wangi feromon khas sang Omega menyeruak indra penciuman, memabukkan. “Wanginya mantep banget.”

Semua Alpha di sana mengangguk setuju.

“Udah ga sabar pengen saya kontolin?” Goda Haechan saat Renjun mencoba meraihnya, menggapai dada dan perutnya, meregangkan jemarinya buat raih kontol Haechan.

“Mau dikontolin, Alpha. Mau dikontolin sampe bego—”

Rengekan Renjun sukses buat Haechan menggeram, ia lalu meraih paha Renjun dengan tenaga sedemikian kuat hingga Renjun berteriak kaget. Haechan membelah lubangnya dengan kejam, kaki Renjun menggantung di udara, sebelum Haechan membidik kontolnya ke lubang licin Renjun, “As you wish, princess.” Dan pinggul Renjun mulai bergerak tanpa sadar, membenamkan milik Haechan ke dalam lubangnya yang udah kedut-kedutan. Renjun sepenuhnya terpengaruh dengan feromon Haechan yang luar biasa. Aroma Haechan ngehasilin bau sperma yang menyumbat ruangan, kegilaan yang menegaskan jika dirinya Alpha dari semua Alpha.

Haechan meraih paha Renjun dan mengangkatnya sampai ia melingkarkan kaki kurus sang Omega di pinggang. Renjun mencengkeram bahu lebar Haechan kuat-kuat sementara rengekannya terkubur di leher sang Alpha, “Knot me, Alpha.” Erang Renjun di telinga Haechan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rengekan saat Haechan menyodok kontolnya lebih dalam, berulang-ulang, seperti orang kesetanan. “Aah, hmm, ah, AH!”

Tusukan demi tusukan membuat cairan Renjun mengalir dengan licin, kepalanya terlempar ke belakang saat Haechan balas menjilati lehernya. Alpha itu bahkan mendorong ibu jarinya ke leher Renjun, begitu kuat hingga kepala Renjun membentur meja, dan dia membungkuk buat berbisik, “Berdiri di pojok sekarang.”

Renjun menelan ludah, siap menjelankan perintah, tapi juga enggan melepaskan diri dari kontol sang Alpha. Nada mendominasi Haechan udah ngubah kakinya jadi jeli, tapi mau tak mau dengan susah payah Renjun berdiri di pojok ruangan menuruti perintah Haechan.

“Dih nangis, tadi aja binal minta dikontolin,” Jaemin yang dari tadi diem akhirnya ikutan nyaut, tangannya sibuk ngocok penisnya sendiri. “Jangan kasih ampun, bos. Gempur aja sampe pingsang.”

Jeno di sampingnya menoleh dan noyor pala Jaemin, “Udah ngecrot aja lu, bego.”

“Gatahan, Jen.” Akunya agak ngos-ngosan abis pelepasan, “Mending sini lo gue kontolin juga, mau?”

“Anjing,” Umpat Jeno seraya menggeser tubuhnya menjauh dari Jaemin, “Gue juga pihak atas, tolol.”

“Ya, 'kan apa salahnya dicoba—”

“Bacot, Jaem.” Muka Jeno udah kecut banget, “Kontol gue bisa-bisa ga sange lagi.”

Jaemin mengedikkan bahunya acuh, lalu mulai fokus liatin Renjun yang sekarang lagi melotot horror Alpha dalam diri Haechan tampaknya sudah mengambil alih saat ini. Tak ada lagi CEO ramah yang selalu mengumbar senyuman hangat, melainkan hanya ada seseorang yang sepenuhnya mendominasi, menuntut, memerintah, menginginkan — seolah menegaskan di sini ada seseorang yang berjanji buat Omeganya tunduk.

“Maaf— maafin gue Alpha,” Renjun merengek tak tahu juga minta maaf untuk apa, tapi jujur saja dia sedikit takut. Haechan menerjang ke arahnya buat ngangkat salah satu kaki Renjun, merentangkan pahanya dan memperlihatkan seluruh lubangnya ke udara dingin yang tak luput dari pandangan Alpha lain.

Dih, anjing. Harusnya gue yang ngontolin tuh lubang.

Haechan menggeram, memamerkan giginya saat dia naikin kaki Renjun di atas pinggul, “Semua orang di ruangan ini bisa mencium feromon kamu, dan itu bikin saya gila. Kamu harus tanggungjawab untuk itu. Dengar?”

Haechan mencondongkan tubuh ke depan untuk memagut bibir Renjun, lidah mereka bergulat bersama saat Haechan terus melahap dan melahapnya, mencium Renjun dengan sangat kasar hingga si Omega bisa merasakan bibirnya membengkak. Renjun bahkan tidak bisa mengerang, semua suaranya tenggelam ke dalam mulut Haechan, dan dia terisak saat Haechan kembali meloloskan jemarinya menyodok lubang Renjun.

“Anjing, brengsek— ahh!” Renjun merengek dan hampir menjerit, karena demi Tuhan... Haechan tidak bersikap lembut sedikit pun — sang Alpha menarik lubang Renjun terbuka, jari-jarinya menyentak masuk dan keluar dengan kecepatan maksimal ke dinding Renjun yang juga ikut bengkak, dan Renjun tiba-tiba tahu apa yang sang Alpha coba lakukan. Dia tahu, dan itu membuat seluruh tubuh Renjun memerah karena malu.

Haechan sedang mencoba untuk membuatnya squirt.

No, ahh — no squirt, please.” Mohon Renjun putus asa, dia tau kalau sampai squirt cairanya bakal muncrat kemana-mana. Kalau sampai squirt dia bisa bego beneran dan minta dikontolin seharian. “Alpha, please — AH! No—AAAHH!”

Dan bener aja kontol Renjun muncratin peju sama air urinnya ke mana-mana bahkan sampe kena ke muka Alpha lain. Lubangnya sendiri banjir sama cairan bening, wangi banget sampe bikin Alpha lain ikutan menggeram dan ngecrot barengan.

Dada Renjun kembang kempis, kakinya udah gaada tenaga sama sekali, tapi birahinya udah bangkit lagi. Lubangnya udah kedut-kedutan lagi minta dikontolin sama di-knotting, “Mau lagi, mau dikontolin terus — kontol Alpha — knot—”

“Bisa kali bos mainannya kita kontolin rame-rame.” Mark udah ngaceng lagi liatin lubang Renjun minta giliran.

Jisung yang biasanya diem aja ikutan nyahut, “Mau kontolin mulutnya juga.”

Haechan bawa tubuh Renjun yang masih gelinjangan ke atas meja, “Yaudah boleh, tapi nanti. Sekarang mau saya kontolin lagi sampe anaknya pingsan.”

Fin.

Tags: HaeRen abo!au, public sex, anal fingering, harsh words, swearing, local profanities , jorok, scenting, pwp, nsfw.*


“Lu jangan lupa bawa suppressant.”

“Iye, bawel. Lagian gue ga pernah lupa.”

Adalah percakapan terakhir Renjun bersama sang kakak sebelum berangkat untuk menghadiri undangan job interview di perusahaan ternama, Lee Corporation. Sayang beribu sayang nyatanya peringatan sang kakak tersebut hanya jadi angin lalu. Renjun tetap lupa membawa suppressant baru, dan sekarang berakhir ngangkang tanpa sehelai pakaian, diperparah lagi jadi bahan tontonan orang-orang berjas lain yang bahkan tak ia kenal.

“Dapet mainan dari mana, bos?”

“Anjir, pasti enak nyodok lubang sempit gitu.”

“Banjir gile bocor tuh lubangnya bocor.”

Mata Renjun udah setengah terbuka, coba fokus lihat semua sumber suara Alpha yang lagi pasang muka sange ke arahnya. Renjun lalu dengan sengaja makin lebarin kakinya, “Berisik tolol,” Renjun yang lagi heat emang suka jadi liar dan frontal. “Gue mau dientot— aah,” Jari Haechan garukin dinding anal Renjun makin dalem, “Malah ditontonin doang— hnngg.”

Lee Haechan, selaku CEO perusahan terkekeh dengar ucapan Renjun, “Suka digarukin lubangnya? Iya? Udah sange banget sampe minta dientot siapa aja?”

Denger itu Renjun langsung merengek, mengalungkan kedua tangannya di leher Haechan buat ngendus dan jilat feromon maskulin sang Alpha sama lidahnya.

“Gila, lubangnya merah banget, pasti abis dijebol,” Doyoung, HRD yang hari ini bertugas nyeleksi calon karyawan baru ikut berkomentar, “Bisa aja si bos nyari mainan barunya cakep banget.”

Si pria Jung ikut menimpali, “Ini sih keliatan sering dientot.”

Renjun buru-buru gelengin palanya yang pening dan sukses buat semua pasang mata di sana terfokus ke arahnya. Sampe akhirnya Haechan buka suara, “Pada mau lihat live bokep ga?”

Semua orang di sana serempak menjawab mau, tentu saja, dan diam-diam udah pada nganceng duluan.

Pas pinggul Renjun gerak-gerak nyari kenikmatan dari jari Haechan, tiba-tiba Alpha itu menarik keluar keempat jemarinya. Mata Renjun otomatis membulat, melihat para Alpha di sana memeggangi kontolnya masing-masing, bersiap mencari kenikmatan sendiri dengan menonton pertunjukan di hadapan mereka.

Menonton dirinya. Menonton lubangnya yang bentar lagi digempur kontol Haechan.

Yah, anjing. Kenapa gue malah jadi bahan tontonan ga senonoh begini? Heat sialan, sial — sial — sial

Haechan jepit kedua kaki Renjun, sabuk serta celana dalamnya udah dilepas, sekarang Haechan memposisikan diri di selangkangan Renjun dan melebarkan kedua kakinya. Wangi feromon khas sang Omega menyeruak indra penciuman, memabukkan. “Wanginya mantep banget.”

Semua Alpha di sana mengangguk setuju.

“Udah ga sabar pengen saya kontolin?” Goda Haechan saat Renjun mencoba meraihnya, menggapai dada dan perutnya, meregangkan jemarinya buat raih kontol Haechan.

“Mau dikontolin, Alpha. Mau dikontolin sampe bego—”

Rengekan Renjun sukses buat Haechan menggeram, ia lalu meraih paha Renjun dengan tenaga sedemikian kuat hingga Renjun berteriak kaget. Haechan membelah lubangnya dengan kejam, kaki Renjun menggantung di udara, sebelum Haechan membidik kontolnya ke lubang licin Renjun, “As you wish, princess.” Dan pinggul Renjun mulai bergerak tanpa sadar, membenamkan milik Haechan ke dalam lubangnya yang udah kedut-kedutan. Renjun sepenuhnya terpengaruh dengan feromon Haechan yang luar biasa. Aroma Haechan ngehasilin bau sperma yang menyumbat ruangan, kegilaan yang menegaskan jika dirinya Alpha dari semua Alpha.

Haechan meraih paha Renjun dan mengangkatnya sampai ia melingkarkan kaki kurus sang Omega di pinggang. Renjun mencengkeram bahu lebar Haechan kuat-kuat sementara rengekannya terkubur di leher sang Alpha, “Knot me, Alpha.” Erang Renjun di telinga Haechan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rengekan saat Haechan menyodok kontolnya lebih dalam, berulang-ulang, seperti orang kesetanan. “Aah, hmm, ah, AH!”

Tusukan demi tusukan membuat cairan Renjun mengalir dengan licin, kepalanya terlempar ke belakang saat Haechan balas menjilati lehernya. Alpha itu bahkan mendorong ibu jarinya ke leher Renjun, begitu kuat hingga kepala Renjun membentur meja, dan dia membungkuk buat berbisik, “Berdiri di pojok sekarang.”

Renjun menelan ludah, siap menjelankan perintah, tapi juga enggan melepaskan diri dari kontol sang Alpha. Nada mendominasi Haechan udah ngubah kakinya jadi jeli, tapi mau tak mau dengan susah payah Renjun berdiri di pojok ruangan menuruti perintah Haechan.

“Dih nangis, tadi aja binal minta dikontolin,” Jaemin yang dari tadi diem akhirnya ikutan nyaut, tangannya sibuk ngocok penisnya sendiri. “Jangan kasih ampun, bos. Gempur aja sampe pingsang.”

Jeno di sampingnya menoleh dan noyor pala Jaemin, “Udah ngecrot aja lu, bego.”

“Gatahan, Jen.” Akunya agak ngos-ngosan abis pelepasan, “Mending sini lo gue kontolin juga, mau?”

“Anjing,” Umpat Jeno seraya menggeser tubuhnya menjauh dari Jaemin, “Gue juga pihak atas, tolol.”

“Ya, 'kan apa salahnya dicoba—”

“Bacot, Jaem.” Muka Jeno udah kecut banget, “Kontol gue bisa-bisa ga sange lagi.”

Jaemin mengedikkan bahunya acuh, lalu mulai fokus liatin Renjun yang sekarang lagi melotot horror Alpha dalam diri Haechan tampaknya sudah mengambil alih saat ini. Tak ada lagi CEO ramah yang selalu mengumbar senyuman hangat, melainkan hanya ada seseorang yang sepenuhnya mendominasi, menuntut, memerintah, menginginkan — seolah menegaskan di sini ada seseorang yang berjanji buat Omeganya tunduk.

“Maaf— maafin gue Alpha,” Renjun merengek tak tahu juga minta maaf untuk apa, tapi jujur saja dia sedikit takut. Haechan menerjang ke arahnya buat ngangkat salah satu kaki Renjun, merentangkan pahanya dan memperlihatkan seluruh lubangnya ke udara dingin yang tak luput dari pandangan Alpha lain.

Dih, anjing. Harusnya gue yang ngontolin tuh lubang.

Haechan menggeram, memamerkan giginya saat dia naikin kaki Renjun di atas pinggul, “Semua orang di ruangan ini bisa mencium feromon kamu, dan itu bikin saya gila. Kamu harus tanggungjawab untuk itu. Dengar?”

Haechan mencondongkan tubuh ke depan untuk memagut bibir Renjun, lidah mereka bergulat bersama saat Haechan terus melahap dan melahapnya, mencium Renjun dengan sangat kasar hingga si Omega bisa merasakan bibirnya membengkak. Renjun bahkan tidak bisa mengerang, semua suaranya tenggelam ke dalam mulut Haechan, dan dia terisak saat Haechan kembali meloloskan jemarinya menyodok lubang Renjun.

“Anjing, brengsek— ahh!” Renjun merengek dan hampir menjerit, karena demi Tuhan... Haechan tidak bersikap lembut sedikit pun — sang Alpha menarik lubang Renjun terbuka, jari-jarinya menyentak masuk dan keluar dengan kecepatan maksimal ke dinding Renjun yang juga ikut bengkak, dan Renjun tiba-tiba tahu apa yang sang Alpha coba lakukan. Dia tahu, dan itu membuat seluruh tubuh Renjun memerah karena malu.

Haechan sedang mencoba untuk membuatnya squirt.

No, ahh — no squirt, please.” Mohon Renjun putus asa, dia tau kalau sampai squirt cairanya bakal muncrat kemana-mana. Kalau sampai squirt dia bisa bego beneran dan minta dikontolin seharian. “Alpha, please — AH! No—AAAHH!”

Dan bener aja kontol Renjun muncratin peju sama air urinnya ke mana-mana bahkan sampe kena ke muka Alpha lain. Lubangnya sendiri banjir sama cairan bening, wangi banget sampe bikin Alpha lain ikutan menggeram dan ngecrot barengan.

Dada Renjun kembang kempis, kakinya udah gaada tenaga sama sekali, tapi birahinya udah bangkit lagi. Lubangnya udah kedut-kedutan lagi minta dikontolin sama di-knotting, “Mau lagi, mau dikontolin terus — kontol Alpha — knot—”

“Bisa kali bos mainannya kita kontolin rame-rame.” Mark udah ngaceng lagi liatin lubang Renjun minta giliran.

Jisung yang biasanya diem aja ikutan nyahut, “Mau kontolin mulutnya juga.”

Haechan bawa tubuh Renjun yang masih gelinjangan ke atas meja, “Yaudah boleh, tapi nanti. Sekarang mau saya kontolin lagi sampe anaknya pingsan.”

Fin.

Tags: HaeRen abo!au, public sex, anal fingering, harsh words, swearing, local profanities , jorok, scenting, pwp, nsfw.*


“Lu jangan lupa bawa suppressant.”

“Iye, bawel. Lagian gue ga pernah lupa.”

Adalah percakapan terakhir Renjun bersama sang kakak sebelum berangkat untuk menghadiri undangan job interview di perusahaan ternama, Lee Corporation. Sayang beribu sayang nyatanya peringatan sang kakak tersebut hanya jadi angin lalu. Renjun tetap lupa membawa suppressant baru, dan sekarang berakhir ngangkang tanpa sehelai pakaian, diperparah lagi jadi bahan tontonan orang-orang berjas lain yang bahkan tak ia kenal.

“Dapet mainan dari mana, bos?”

“Anjir, pasti enak nyodok lubang sempit gitu.”

“Banjir gile bocor tuh lubangnya bocor.”

Mata Renjun udah setengah terbuka, coba fokus lihat semua sumber suara Alpha yang lagi pasang muka sange ke arahnya. Renjun lalu dengan sengaja makin lebarin kakinya, “Berisik tolol,” Renjun yang lagi heat emang suka jadi liar dan frontal. “Gue mau dientot— aah,” Jari Haechan garukin dinding anal Renjun makin dalem, “Malah ditontonin doang— hnngg.”

Lee Haechan, selaku CEO perusahan terkekeh dengar ucapan Renjun, “Suka digarukin lubangnya? Iya? Udah sange banget sampe minta dientot siapa aja?”

Denger itu Renjun langsung merengek, mengalungkan kedua tangannya di leher Haechan buat ngendus dan jilat feromon maskulin sang Alpha sama lidahnya.

“Gila, lubangnya merah banget, pasti abis dijebol,” Doyoung, HRD yang hari ini bertugas nyeleksi calon karyawan baru ikut berkomentar, “Bisa aja si bos nyari mainan barunya cakep banget.”

Si pria Jung ikut menimpali, “Ini sih keliatan sering dientot.”

Renjun buru-buru gelengin palanya yang pening dan sukses buat semua pasang mata di sana terfokus ke arahnya. Sampe akhirnya Haechan buka suara, “Pada mau lihat live bokep ga?”

Semua orang di sana serempak menjawab mau, tentu saja, dan diam-diam udah pada nganceng duluan.

Pas pinggul Renjun gerak-gerak nyari kenikmatan dari jari Haechan, tiba-tiba Alpha itu menarik keluar keempat jemarinya. Mata Renjun otomatis membulat, melihat para Alpha di sana memeggangi kontolnya masing-masing, bersiap mencari kenikmatan sendiri dengan menonton pertunjukan di hadapan mereka.

Menonton dirinya. Menonton lubangnya yang bentar lagi digempur kontol Haechan.

Yah, anjing. Kenapa gue malah jadi bahan tontonan ga senonoh begini? Heat sialan, sial — sial — sial

Haechan jepit kedua kaki Renjun, sabuk serta celana dalamnya udah dilepas, sekarang Haechan memposisikan diri di selangkangan Renjun dan melebarkan kedua kakinya. Wangi feromon khas sang Omega menyeruak indra penciuman, memabukkan. “Wanginya mantep juga.”

Semua Alpha di sana mengangguk setuju.

“Udah ga sabar pengen saya kontolin?” Goda Haechan saat Renjun mencoba meraihnya, menggapai dada dan perutnya, meregangkan jemarinya buat raih kontol Haechan.

“Mau dikontolin, Alpha. Mau dikontolin sampe bego—”

Rengekan Renjun sukses buat Haechan menggeram, ia lalu meraih paha Renjun dengan tenaga sedemikian kuat hingga Renjun berteriak kaget. Haechan membelah lubangnya dengan kejam, kaki Renjun menggantung di udara, sebelum Haechan membidik kontolnya ke lubang licin Renjun, “As you wish, princess.” Dan pinggul Renjun mulai bergerak tanpa sadar, membenamkan milik Haechan ke dalam lubangnya yang udah kedut-kedutan. Renjun sepenuhnya terpengaruh sama feromon Haechan yang luar biasa. Aroma Haechan ngehasilin bau sperma yang menyumbat ruangan, kegilaan yang menegaskan jika dirinya Alpha dari semua Alpha.

Haechan meraih paha Renjun dan mengangkatnya sampai ia melingkarkan kaki kurus sang Omega di pinggang. Renjun mencengkeram bahu lebar Haechan kuat-kuat sementara rengekannya terkubur di leher sang Alpha, “Knot me, Alpha.” Erang Renjun di telinga Haechan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rengekan saat Haechan menyodok kontolnya lebih dalam, berulang-ulang, seperti orang kesetanan. “Aah, hmm, ah, AH!”

Tusukan demi tusukan membuat cairan Renjun mengalir dengan licin, kepalanya terlempar ke belakang saat Haechan balas menjilati lehernya. Alpha itu bahkan mendorong ibu jarinya ke leher Renjun, begitu kuat hingga kepala Renjun membentur meja, dan dia membungkuk buat berbisik, “Berdiri di pojok sekarang.”

Renjun menelan ludah, siap menjelankan perintah, tapi juga enggan melepaskan diri dari kontol sang Alpha. Nada mendominasi Haechan udah ngubah kakinya jadi jeli, tapi mau tak mau dengan susah payah Renjun berdiri di pojok ruangan menuruti perintah Haechan.

“Dih nangis, tadi aja binal minta dikontolin,” Jaemin yang dari tadi diem akhirnya ikutan nyaut, tangannya sibuk ngocok penisnya sendiri. “Jangan kasih ampun, bos. Gempur aja sampe pingsang.”

Jeno di sampingnya menoleh dan noyor pala Jaemin, “Udah ngecrot aja lu, bego.”

“Gatahan, Jen.” Akunya agak ngos-ngosan abis pelepasan, “Mending sini lo gue kontolin juga, mau?”

“Anjing,” Umpat Jeno seraya menggeser tubuhnya menjauh dari Jaemin, “Gue juga pihak atas, tolol.”

“Ya, 'kan apa salahnya dicoba—”

“Bacot, Jaem.” Muka Jeno udah kecut banget, “Kontol gue bisa-bisa ga sange lagi.”

Jaemin mengedikkan bahunya acuh, lalu mulai fokus liatin Renjun yang sekarang lagi melotot horror Alpha dalam diri Haechan tampaknya sudah mengambil alih saat ini. Tak ada lagi CEO ramah yang selalu mengumbar senyuman hangat, melainkan hanya ada seseorang yang sepenuhnya mendominasi, menuntut, memerintah, menginginkan — seolah menegaskan di sini ada seseorang yang berjanji buat Omeganya tunduk.

“Maaf— maafin gue Alpha,” Renjun merengek tak tahu juga minta maaf untuk apa, tapi jujur saja dia sedikit takut. Haechan menerjang ke arahnya buat ngangkat salah satu kaki Renjun, merentangkan pahanya dan memperlihatkan seluruh lubangnya ke udara dingin yang tak luput dari pandangan Alpha lain.

Dih, anjing. Harusnya gue yang ngontolin tuh lubang.

Haechan menggeram, memamerkan giginya saat dia naikin kaki Renjun di atas pinggul, “Semua orang di ruangan ini bisa mencium feromon kamu, dan itu bikin saya gila. Kamu harus tanggungjawab untuk itu. Dengar?”

Haechan mencondongkan tubuh ke depan untuk memagut bibir Renjun, lidah mereka bergulat bersama saat Haechan terus melahap dan melahapnya, mencium Renjun dengan sangat kasar hingga si Omega bisa merasakan bibirnya membengkak. Renjun bahkan tidak bisa mengerang, semua suaranya tenggelam ke dalam mulut Haechan, dan dia terisak saat Haechan kembali meloloskan jemarinya menyodok lubang Renjun.

“Anjing, brengsek— ahh!” Renjun merengek dan hampir menjerit, karena demi Tuhan... Haechan tidak bersikap lembut sedikit pun — sang Alpha menarik lubang Renjun terbuka, jari-jarinya menyentak masuk dan keluar dengan kecepatan maksimal ke dinding Renjun yang juga ikut bengkak, dan Renjun tiba-tiba tahu apa yang sang Alpha coba lakukan. Dia tahu, dan itu membuat seluruh tubuh Renjun memerah karena malu.

Haechan sedang mencoba untuk membuatnya squirt.

No, ahh — no squirt, please.” Mohon Renjun putus asa, dia tau kalau sampai squirt cairanya bakal muncrat kemana-mana. Kalau sampai squirt dia bisa bego beneran dan minta dikontolin seharian. “Alpha, please — AH! No—AAAHH!”

Dan bener aja kontol Renjun muncratin peju sama air urinnya ke mana-mana bahkan sampe kena ke muka Alpha lain. Lubangnya sendiri banjir sama cairan bening, wangi banget sampe bikin Alpha lain ikutan menggeram dan ngecrot barengan.

Dada Renjun kembang kempis, kakinya udah gaada tenaga sama sekali, tapi birahinya udah bangkit lagi. Lubangnya udah kedut-kedutan lagi minta dikontolin sama di-knotting, “Mau lagi, mau dikontolin terus — kontol Alpha — knot—”

“Bisa kali bos mainannya kita kontolin rame-rame.” Mark udah ngaceng lagi liatin lubang Renjun minta giliran.

Jisung yang biasanya diem aja ikutan nyahut, “Mau kontolin mulutnya juga.”

Haechan bawa tubuh Renjun yang masih gelinjangan ke atas meja, “Yaudah boleh, tapi nanti. Sekarang mau saya kontolin lagi sampe anaknya pingsan.”

Fin.

Tags: HaeRen abo!au, public sex, anal fingering, harsh words, swearing, scenting, pwp, nsfw.*


“Lu jangan lupa bawa suppressant.”

“Iye, bawel. Lagian gue ga pernah lupa.”

Adalah percakapan terakhir Renjun bersama sang kakak sebelum berangkat untuk menghadiri undangan job interview di perusahaan ternama, Lee Corporation. Sayang beribu sayang nyatanya peringatan sang kakak tersebut hanya jadi angin lalu. Renjun tetap lupa membawa suppressant baru, dan sekarang berakhir ngangkang tanpa sehelai pakaian, diperparah lagi jadi bahan tontonan orang-orang berjas lain yang bahkan tak ia kenal.

“Dapet mainan dari mana, bos?”

“Anjir, pasti enak nyodok lubang sempit gitu.”

“Banjir gile bocor tuh lubangnya bocor.”

Mata Renjun udah setengah terbuka, coba fokus lihat semua sumber suara Alpha yang lagi pasang muka sange ke arahnya. Renjun lalu dengan sengaja makin lebarin kakinya, “Berisik tolol,” Renjun yang lagi heat emang suka jadi liar dan frontal. “Gue mau dientot— aah,” Jari Haechan garukin dinding anal Renjun makin dalem, “Malah ditontonin doang— hnngg.”

Lee Haechan, selaku CEO perusahan terkekeh dengar ucapan Renjun, “Suka digarukin lubangnya? Iya? Udah sange banget sampe minta dientot siapa aja?”

Denger itu Renjun langsung merengek, mengalungkan kedua tangannya di leher Haechan buat ngendus dan jilat feromon maskulin sang Alpha sama lidahnya.

“Gila, lubangnya merah banget, pasti abis dijebol,” Doyoung, HRD yang hari ini bertugas nyeleksi calon karyawan baru ikut berkomentar, “Bisa aja si bos nyari mainan barunya cakep banget.”

Si pria Jung ikut menimpali, “Ini sih keliatan sering dientot.”

Renjun buru-buru gelengin palanya yang pening dan sukses buat semua pasang mata di sana terfokus ke arahnya. Sampe akhirnya Haechan buka suara, “Pada mau lihat live bokep ga?”

Semua orang di sana serempak menjawab mau, tentu saja, dan diam-diam udah pada nganceng duluan.

Pas pinggul Renjun gerak-gerak nyari kenikmatan dari jari Haechan, tiba-tiba Alpha itu menarik keluar keempat jemarinya. Mata Renjun otomatis membulat, melihat para Alpha di sana memeggangi kontolnya masing-masing, bersiap mencari kenikmatan sendiri dengan menonton pertunjukan di hadapan mereka.

Menonton dirinya. Menonton lubangnya yang bentar lagi digempur kontol Haechan.

Yah, anjing. Kenapa gue malah jadi bahan tontonan ga senonoh begini? Heat sialan, sial — sial — sial

Haechan jepit kedua kaki Renjun, sabuk serta celana dalamnya udah dilepas, sekarang Haechan memposisikan diri di selangkangan Renjun dan melebarkan kedua kakinya. Wangi feromon khas sang Omega menyeruak indra penciuman, memabukkan. “Wanginya mantep juga.”

Semua Alpha di sana mengangguk setuju.

“Udah ga sabar pengen saya kontolin?” Goda Haechan saat Renjun mencoba meraihnya, menggapai dada dan perutnya, meregangkan jemarinya buat raih kontol Haechan.

“Mau dikontolin, Alpha. Mau dikontolin sampe bego—”

Rengekan Renjun sukses buat Haechan menggeram, ia lalu meraih paha Renjun dengan tenaga sedemikian kuat hingga Renjun berteriak kaget. Haechan membelah lubangnya dengan kejam, kaki Renjun menggantung di udara, sebelum Haechan membidik kontolnya ke lubang licin Renjun, “As you wish, princess.” Dan pinggul Renjun mulai bergerak tanpa sadar, membenamkan milik Haechan ke dalam lubangnya yang udah kedut-kedutan. Renjun sepenuhnya terpengaruh sama feromon Haechan yang luar biasa. Aroma Haechan ngehasilin bau sperma yang menyumbat ruangan, kegilaan yang menegaskan jika dirinya Alpha dari semua Alpha.

Haechan meraih paha Renjun dan mengangkatnya sampai ia melingkarkan kaki kurus sang Omega di pinggang. Renjun mencengkeram bahu lebar Haechan kuat-kuat sementara rengekannya terkubur di leher sang Alpha, “Knot me, Alpha.” Erang Renjun di telinga Haechan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rengekan saat Haechan menyodok kontolnya lebih dalam, berulang-ulang, seperti orang kesetanan. “Aah, hmm, ah, AH!”

Tusukan demi tusukan membuat cairan Renjun mengalir dengan licin, kepalanya terlempar ke belakang saat Haechan balas menjilati lehernya. Alpha itu bahkan mendorong ibu jarinya ke leher Renjun, begitu kuat hingga kepala Renjun membentur meja, dan dia membungkuk buat berbisik, “Berdiri di pojok sekarang.”

Renjun menelan ludah, siap menjelankan perintah, tapi juga enggan melepaskan diri dari kontol sang Alpha. Nada mendominasi Haechan udah ngubah kakinya jadi jeli, tapi mau tak mau dengan susah payah Renjun berdiri di pojok ruangan menuruti perintah Haechan.

“Dih nangis, tadi aja binal minta dikontolin,” Jaemin yang dari tadi diem akhirnya ikutan nyaut, tangannya sibuk ngocok penisnya sendiri. “Jangan kasih ampun, bos. Gempur aja sampe pingsang.”

Jeno di sampingnya menoleh dan noyor pala Jaemin, “Udah ngecrot aja lu, bego.”

“Gatahan, Jen.” Akunya agak ngos-ngosan abis pelepasan, “Mending sini lo gue kontolin juga, mau?”

“Anjing,” Umpat Jeno seraya menggeser tubuhnya menjauh dari Jaemin, “Gue juga pihak atas, tolol.”

“Ya, 'kan apa salahnya dicoba—”

“Bacot, Jaem.” Muka Jeno udah kecut banget, “Kontol gue bisa-bisa ga sange lagi.”

Jaemin mengedikkan bahunya acuh, lalu mulai fokus liatin Renjun yang sekarang lagi melotot horror Alpha dalam diri Haechan tampaknya sudah mengambil alih saat ini. Tak ada lagi CEO ramah yang selalu mengumbar senyuman hangat, melainkan hanya ada seseorang yang sepenuhnya mendominasi, menuntut, memerintah, menginginkan — seolah menegaskan di sini ada seseorang yang berjanji buat Omeganya tunduk.

“Maaf— maafin gue Alpha,” Renjun merengek tak tahu juga minta maaf untuk apa, tapi jujur saja dia sedikit takut. Haechan menerjang ke arahnya buat ngangkat salah satu kaki Renjun, merentangkan pahanya dan memperlihatkan seluruh lubangnya ke udara dingin yang tak luput dari pandangan Alpha lain.

Dih, anjing. Harusnya gue yang ngontolin tuh lubang.

Haechan menggeram, memamerkan giginya saat dia naikin kaki Renjun di atas pinggul, “Semua orang di ruangan ini bisa mencium feromon kamu, dan itu bikin saya gila. Kamu harus tanggungjawab untuk itu. Dengar?”

Haechan mencondongkan tubuh ke depan untuk memagut bibir Renjun, lidah mereka bergulat bersama saat Haechan terus melahap dan melahapnya, mencium Renjun dengan sangat kasar hingga si Omega bisa merasakan bibirnya membengkak. Renjun bahkan tidak bisa mengerang, semua suaranya tenggelam ke dalam mulut Haechan, dan dia terisak saat Haechan kembali meloloskan jemarinya menyodok lubang Renjun.

“Anjing, brengsek— ahh!” Renjun merengek dan hampir menjerit, karena demi Tuhan... Haechan tidak bersikap lembut sedikit pun — sang Alpha menarik lubang Renjun terbuka, jari-jarinya menyentak masuk dan keluar dengan kecepatan maksimal ke dinding Renjun yang juga ikut bengkak, dan Renjun tiba-tiba tahu apa yang sang Alpha coba lakukan. Dia tahu, dan itu membuat seluruh tubuh Renjun memerah karena malu.

Haechan sedang mencoba untuk membuatnya squirt.

No, ahh — no squirt, please.” Mohon Renjun putus asa, dia tau kalau sampai squirt cairanya bakal muncrat kemana-mana. Kalau sampai squirt dia bisa bego beneran dan minta dikontolin seharian. “Alpha, please — AH! No—AAAHH!”

Dan bener aja kontol Renjun muncratin peju sama air urinnya ke mana-mana bahkan sampe kena ke muka Alpha lain. Lubangnya sendiri banjir sama cairan bening, wangi banget sampe bikin Alpha lain ikutan menggeram dan ngecrot barengan.

Dada Renjun kembang kempis, kakinya udah gaada tenaga sama sekali, tapi birahinya udah bangkit lagi. Lubangnya udah kedut-kedutan lagi minta dikontolin sama di-knotting, “Mau lagi, mau dikontolin terus — kontol Alpha — knot—”

“Bisa kali bos mainannya kita kontolin rame-rame.” Mark udah ngaceng lagi liatin lubang Renjun minta giliran.

Jisung yang biasanya diem aja ikutan nyahut, “Mau kontolin mulutnya juga.”

Haechan bawa tubuh Renjun yang masih gelinjangan ke atas meja, “Yaudah boleh, tapi nanti. Sekarang mau saya kontolin lagi sampe anaknya pingsan.”

Fin.

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, swearing, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

Damn, can I fuck you?

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

Don't talk to my hole like that—

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—

Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

I'm sorry baby, I know you are strong but—

Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—

I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ingin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?

Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, swearing, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

Damn, can I fuck you?

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

Don't talk to my hole like that—

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—

Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

I'm sorry baby, I know you are strong but—

Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—

I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ingin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?

Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, swearing, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

Damn, can I fuck you?

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

Don't talk to my hole like that—

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—

Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

I'm sorry baby, I know you are strong but—

Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—

I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?

Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, swearing, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

Damn, can I fuck you?

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

Don't talk to my hole like that—

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—

Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

I'm sorry baby, I know you are strong but—

Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—

I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?

Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.