Itsmeh96

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


“Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.“

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?“

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

“Damn, can I fuck you?“

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

“Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

“Don't talk to my hole like that—“

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.“

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—“

“Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.“

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.“

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!“

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

“Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

“No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

“I'm sorry baby, I know you are strong but—“

“Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!“

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.“

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?“

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—“

“I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

“You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.“

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?“

“Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.“

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


“Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.“

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?“

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

“Damn, can I fuck you?“

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

“Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

“Don't talk to my hole like that—“

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.“

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—“

“Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.“

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.“

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!“

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

“Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

“No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

“I'm sorry baby, I know you are strong but—“

“Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!“

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.“

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?“

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—“

“I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

“You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.“

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?“

“Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.“

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

#I MISS YOU MORE THAN LIFE#

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


“Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.“

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?“

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

“Damn, can I fuck you?“

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

“Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

“Don't talk to my hole like that—“

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.“

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—“

“Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.“

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.“

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!“

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

“Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

“No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

“I'm sorry baby, I know you are strong but—“

“Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!“

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.“

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?“

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—“

“I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

“You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.“

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?“

“Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.“

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

#I MISS YOU MORE THAN LIFE

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


“Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.“

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?“

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

“Damn, can I fuck you?“

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

“Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

“Don't talk to my hole like that—“

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.“

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—“

“Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.“

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.“

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!“

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

“Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

“No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

“I'm sorry baby, I know you are strong but—“

“Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!“

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.“

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?“

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—“

“I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

“You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.“

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?“

“Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.“

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, nsfw.

I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN


“Cheers, everyone!” Seru Mark dari lantai atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”

Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.“

Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?“

Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.

Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.

“Damn, can I fuck you?“

Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”

Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”

“Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”

Oh, no. He's talking to my hole again.

“Don't talk to my hole like that—“

Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”

“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.

Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”

Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.“

Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—“

“Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.“

Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.

“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”

Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”

Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”

“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”

Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.“

Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”

Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”

Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”

Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”

Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—

“Huang Renjun, will you mar—”

BOOM!!

Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”

BOOM!! BOOM!!

Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?

“Tunggulah di sini.”

Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!“

“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”

Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”

Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.

Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.

Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.

Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.

“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”

Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”

Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo

“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”

Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.

Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.

“Renjun! Merunduk!”

BOOM!

Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”

“Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”

“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”

“Nana?”

Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”

“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”

Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”

“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”

“No, I'm serious, Renjun—”

“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.

“I'm sorry baby, I know you are strong but—“

“Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”

BOOM!! BOOM!!!

“Renjun!!”

Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.

“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—

“JISUNG!”

Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”

Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!“

Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.

“JISUUNG!!! NOO!!”

Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—

“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.“

“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”

Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.

No way, Haechan?

“Huang Renjun, will you be my husband?“

Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—“

“I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”

Aku mengangguk dengan putus asa.

“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”

No. Fucking no.

“You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.“

Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?“

“Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.“

Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,

Pada laut yang sedang mengamuk,

Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.


Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.

Aku menunggu, dan menunggu.

Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.

Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.

Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...

Aku merindukanmu...

Haechan, apa kau dengar?

I miss you more than life...

Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.

Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.

“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”

Aku mengangguk.

“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”

“Wha—”

“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”

Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.

Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.

Tags: oneshot, haeren neighbours!au, non baku, boyslove, pwp, swearing, explicit sex scene, anal fingering, local profanities, blowjob, just haeren being dumb and dumber, nsfw.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN!


Renjun duduk gelisah, keliatan dari isyarat rotasi bola netranya yang hilir-mudik natap seisi kamar Haechan. Secara aneh bin ajaib dia sekarang berakhir di sana, di kamar si tetangga ganteng yang katanya ga sengaja udah bobo bareng Renjun —

“Eh, bentar ya gue mandi dulu.” Haechan nongol dari balik pintu sambil nenteng handuk sama koloran doang.

— Bangsattt Renjun rasanya diserang rasa panik dadakan terus pura-pura natep jempol kakinya buat nyembunyiin rona merah di pipi, “Ya, santai aja, bro.“

Haechan terkekeh masih sambil mamerin otot perutnya yang waduh, moon maap... bisa bikin khilaf, “Cuaca hari ini gila panas banget,” Halah padahal setau Renjun di luar lagi gerimis, tapi toh dia tetep diem aja nggak nyaut, “Tunggu bentar ya.” Lanjut Haechan sampe akhirnya ngilang di balik pintu kamar mandi.

Sengaja banget emang. Tuduh Renjun sambil dongakin wajahnya natep pintu kamar mandi. Padahal sebulan lalu perut Haechan masih agak gembul, sama sekali belum ada bongkahan roti sobek seperti tadi. Jangan tanya Renjun tau dari mana, tiap hari dia disuguhin pemandangan topless Haechan tiap bangun pagi lewat jendela kamar mereka yang hadep-hadepan. Dia ga ngintip ya, tolong dicatet. Renjun anak baik ga pernah ngintip tetangganya yang ganteng pas lagi kibas-kibas rambut abis keramas yang cuman koloran doang, engga.

Engga salah lagi maksudnya.

Renjun benerin posisi duduknya, masih agak gugup. Otaknya lagi susah diajak mode innocent dan kepikiran soal kejadian ga sengaja bobo bareng dua hari lalu; di suatu pagi yang indah Renjun yang abis pesta minum-minum harus terbangun di atas ranjang tetangganya. Telanjang. Berdua. Pelukan. Ngewe—

—Ekhem tiba-tiba Renjun ngerasa aus, tangannya ia kibas-kibas depan muka. Suara air dari kamar mandi udah berenti, lalu disusul suara kenop pintu yang dibuka.

“Aduh, segernya,” Haechan keluar, masih berelanjang dada dengan handuk yang ngelingkar di pinggul. “Lo mau mandi juga ga?”

“Ga usah, makasih.” Renjun nunduk dalem banget sampe tengkuk lehernya kerasa sakit.

Tahan, Renjun. Tahan...

Haechan ikut duduk di sampingnya yang otomatis buat Renjun langsung ngedongak— alah sia boy — kalo diliat sedeket itu bahu Haechan kelitan lebar dan kokoh, Renjun jadi ga tahan mau pegang—

“Lo sange, ya? Mau ngewe lagi?”

Anjing.

Renjun langsung pasang muka sok bete, ga terima dituduh yang iya-iya, “Sembarangan. Lo kali yang sange,” mata Renjun ngedelik tajem, “Lagian lo kenapa malah minta gue nunggu di sini, sih? Pake mandi segala? Heh, denger, gue ke sini mau peringatin lo buat berenti godain gue terus soal dua hari lalu! Stop bikin gue ga nyaman tiap ketemu!”

Haechan condongin badannya makin deket, “Gue bikin lo ga nyaman?” Bisiknya di telinga Renjun dan sukses bikin si manis meremang, “Padahal dua hari lalu lo dateng dan minta diewe sama gue, minta dikontolin sampe bego—”

“Itu mah gara-gara alkohol!” Muka Renjun sekarang udah merah banget, “Lagian gue ga inget apa-apa, cuman inget pas bangun udah telanjang di kasur lo!”

Aduh, emang sial banget, kok bisa-bisanya gue kaga inget sama sekali? Gue bahkan ga inget ukuran kontolnya!

“Yaudah,” Sahut Haechan santai, “Mau gue bantu biar lo inget lagi ga?”

Renjun langsung kicep. Mulutnya kebuka tutup, terus melotot kaget, “M-maksud lo?”

Haechan bersiul sambil liat paha mulus Renjun yang emang lagi pake celana pendek, “Ngewe sama gue, mau ga—”

“MAU!”

Haechan ketawa, emang si manis udah keliatan sange juga cuman dari tadi denial mulu bikin Haechan pengen goadain terus, “Tapi pas ngewe lo harus sebut nama gue.” Abis ngomong gitu bibir Renjun langsung dipagut penuh nafsu.

Renjun sendiri ga mau kalah dan perdalam ciuman mereka, disesap, digigit, diemut, sampe lidah keduanya saling bergulat nyiptain bunyi yang cuma bisa didengar keduanya. Posisi Renjun sekarang udah pindah di pangkuan Haechan yang masih handukan, kedua tangannya sibuk menggerayami bahu Haechan yang kokoh dan berotot.

“Ah—” Desah Renjun pas ciuman Haechan turun ke leher, “Fuck,”

Pala Renjun nengadah pas Haechan ngisep tiap jengkal kulit lehernya tanpa ampun. Pinggulnya ia gerakin nyari kepuasan dari kontol Haechan yang udah ngaceng dibalik handuk. Terus dia akhirnya sadar kalo sekarang kaos sama celananya udah kegeletak di lantai, kaos malang itu bahkan udah sobek ga berbentuk.

Anjing kaos moomin favorite gue.

Bibir Haechan sekarang menggempur pentil Renjun dengan rakus, “Anjing, pelan-pelan —ah!” Omelnya terus lanjut ngedesah pas Haechan ngemut pentil sambil ngocok penis si manis.

“Gue— hngh mau nyepong,” Renjun kelimpungan digempur atas bawah, lubangnya juga udah kedut-kedutan minta dijamah, tapi dia tetep mau cobain kontol Haechan di mulutnya.

Haechan dongakin wajahnya yang merah, rambutnya berantakan karena ulah Renjun, “Hm?”

“Mau nyepong punya lo,” Mata Renjun keliatan sayu, terus julurin lidahnya yang langsung disambut sama lidah Haechan. “Mau jilat kontol lo, Chan.”

Haechan akhirnya ngambil jarak, terus diusaknya rambut Renjun sebelum si manis akhirnya posisiin diri berlutut di depan selangkangan Haechan. Dia negup ludahnya pas mau buka tuh handuk yang masih nutupin kontol Haechan.

Holy fucking shit

Tangan Renjun agak tremor pas ngelit ukuran kontol Haechan yang fantastis.

Gede banget anjing udah kek kontol orang arab

Yang tentunya dia tonton di koleksi video bokepnya.

Ini ada kali ya dua kali ukuran kontol gue?

Renjun usap pala kontol Haechan bikin si empunya ngedesah pelan.

Ih, anjing. Mau gue bawa pulang.

Haechan yang ga sabaran langsung gerakin pinggulnya ke arah mulut Renjun. “Cepet sepongin, gue udah sange banget ini. Ntar abis ngewe lo boleh sayang-sayang kontol gue lagi deh,”

Mulut Renjun kebuka dan lansung jilatin kontolnya, terus dikulum sambil palanya maju mundur. Dia makin semanget pas denger Haechan ngedesah sambil sesekali nyebut nama Renjun.

“Binal banget anjing,” Tangan Haechan neken pala si manis, “Ah— jangan digigit, —ah, enak banget mulut lo, Renjun.”

Renjun, Renjun, Renjun— Rancu Haechan sambil nyodok kontolnya makin dalem, tubuhnya udah lengket penuh peluh. Sekali hentakan kuat, dibantu tangannya yang dorong pala Renjun, Haechan sukses ngecrot di dalem mulut si manis.

Mulut Renjun sekarang belepotan sama peju, sebagian ada yang ditelan sebagian ada yang dia usap pake punggung tangan, “Bisa bangun lagi berapa menit?”

Haechan yang ngos-ngosan jawab sambil ngacungin lima jarinya, “Lima menit,”

Dada Renjun ikut naik turun, terus tiba-tiba tubuhnya di dorong ke atas kasur, dikukung tangan Haechan di kedua sisi, “Inget, jangan lupa sebut nama gue.” Abis ngomong gitu Haechan pagut bibir Renjun lagi, tapi sekarang ciumannya lebih lembut, sambil sesekali digigit gemas.

“Ah, ah, ah—” Renjun kelimpungan pas Haechan nyodok analnya pake dua jari sekaligus, ditambah ciuman Haechan yang makin turun ke bawah sampe akhirnya lidah cowok itu ikut nyodok anal Renjun. “Ahng—aah!”

“Basah banget anjing, udah kek meki,” Lidah Haechan terus nyodok makin dalem, dan pas dirasa udah cukup, Haechan tegakkin tubuh sambil posisiin kontolnya depan anal Renjun, “Gue tau lo tadi malem main sendiri, sengaja banget emang mau bikin gue sange.”

Wajah Renjun merah banget, ketahuan udah main sendiri sama tetangga ganteng yang lo taksir? Tolong ingetin Renjun buat tutup jendelanya lain kali kalo lagi solo.

“Berisik! buruan gue udah sange —AH!” Renjun hampir ngejerit, palanya udah gerak ga karuan, “Gede— kontol gede, aah!” Lidah Renjun sekarang ngejulur keluar, badannya terus ngegelinjang seirama sama genjotan Haechan.

“Sebut—” Haechan genjotin pinggulnya makin dalem, “Nama gue— hgghh.”

Renjun langsung nurut, dia terus panggil nama Haechan tiap kali cowok itu genjotin pinggulnya, “Enak—ah, Haechan, Enak— Hae — ah, AAH!”

Mereka akhirnya ngecrot barengan, dan Haechan buru-buru narik kontolnya keluar biarin pejunya ngotorin perut Renjun terus ke mulut yang langsung ditelen sama si manis. “Cakep banget anjing, udah mirip aktris bokep.”

Renjun cuman bisa senyum, masih lemes, terus ga lama dia nyeletuk, “Gue tau sebenernya kita ga ngewe pas gue lagi mabok dua hari lalu.”

Soalnya ga mungkin gue ga inget kalo ukuran kontol lo segede itu.

Haechan tiba-tiba salting dan pura-pura batuk.

“Gue juga tau lo 'kan yang sebenernya udah maling sempak gue—”

Haechan sekarang rebahin tubuhnya di samping Renjun dan pura-pura pingsan. Disusul suara ketawa Renjun serta pukulan ringan di bahu Haechan sampe akhirnya cowok itu ngaku salah dan minta maaf. “Tapi lo tetep mau 'kan kalo gue ajak ngewe lagi?”

Emang otaknya penuh sama ngewe, ngewe, dan ngewe.

“Asal lo traktir gue makan malem di restoran mewah sama bawa gue nge-date tiap hari minggu.”

Haechan nyengir lebar banget terus mingkem sambil niruin gestur hormat, “Siap, komandan!”

Tags: oneshot, haeren neighbours!au, non baku, boyslove, pwp, swearing, explicit sex scene, anal fingering, local profanities, blowjob, just haeren being dumb and dumber, nsfw.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN!


Renjun duduk gelisah, keliatan dari isyarat rotasi bola netranya yang hilir-mudik natap seisi kamar Haechan. Secara aneh bin ajaib dia sekarang berakhir di sana, di kamar si tetangga ganteng yang katanya ga sengaja udah bobo bareng Renjun —

“Eh, bentar ya gue mandi dulu.” Haechan nongol dari balik pintu sambil nenteng handuk sama koloran doang.

— Bangsattt Renjun rasanya diserang rasa panik dadakan terus pura-pura natep jempol kakinya buat nyembunyiin rona merah di pipi, “Ya, santai aja, bro.“

Haechan terkekeh masih sambil mamerin otot perutnya yang waduh, moon maap... bisa bikin khilaf, “Cuaca hari ini gila panas banget,” Halah padahal setau Renjun di luar lagi gerimis, tapi toh dia tetep diem aja nggak nyaut, “Tunggu bentar ya.” Lanjut Haechan sampe akhirnya ngilang di balik pintu kamar mandi.

Sengaja banget emang. Tuduh Renjun sambil dongakin wajahnya natep pintu kamar mandi. Padahal sebulan lalu perut Haechan masih agak gembul, sama sekali belum ada bongkahan roti sobek seperti tadi. Jangan tanya Renjun tau dari mana, tiap hari dia disuguhin pemandangan topless Haechan tiap bangun pagi lewat jendela kamar mereka yang hadep-hadepan. Dia ga ngintip ya, tolong dicatet. Renjun anak baik ga pernah ngintip tetangganya yang ganteng pas lagi kibas-kibas rambut abis keramas yang cuman koloran doang, engga.

Engga salah lagi maksudnya.

Renjun benerin posisi duduknya, masih agak gugup. Otaknya lagi susah diajak mode innocent dan kepikiran soal kejadian ga sengaja bobo bareng dua hari lalu; di suatu pagi yang indah Renjun yang abis pesta minum-minum harus terbangun di atas ranjang tetangganya. Telanjang. Berdua. Pelukan. Ngewe—

—Ekhem tiba-tiba Renjun ngerasa aus, tangannya ia kibas-kibas depan muka. Suara air dari kamar mandi udah berenti, lalu disusul suara kenop pintu yang dibuka.

“Aduh, segernya,” Haechan keluar, masih berelanjang dada dengan handuk yang ngelingkar di pinggul. “Lo mau mandi juga ga?”

“Ga usah, makasih.” Renjun nunduk dalem banget sampe tengkuk lehernya kerasa sakit.

Tahan, Renjun. Tahan...

Haechan ikut duduk di sampingnya yang otomatis buat Renjun langsung ngedongak— alah sia boy — kalo diliat sedeket itu bahu Haechan kelitan lebar dan kokoh, Renjun jadi ga tahan mau pegang—

“Lo sange, ya? Mau ngewe lagi?”

Anjing.

Renjun langsung pasang muka sok bete, ga terima dituduh yang iya-iya, “Sembarangan. Lo kali yang sange,” mata Renjun ngedelik tajem, “Lagian lo kenapa malah minta gue nunggu di sini, sih? Pake mandi segala? Heh, denger, gue ke sini mau peringatin lo buat berenti godain gue terus soal dua hari lalu! Stop bikin gue ga nyaman tiap ketemu!”

Haechan condongin badannya makin deket, “Gue bikin lo ga nyaman?” Bisiknya di telinga Renjun dan sukses bikin si manis meremang, “Padahal dua hari lalu lo dateng dan minta diewe sama gue, minta dikontolin sampe bego—”

“Itu mah gara-gara alkohol!” Muka Renjun sekarang udah merah banget, “Lagian gue ga inget apa-apa, cuman inget pas bangun udah telanjang di kasur lo!”

Aduh, emang sial banget, kok bisa-bisanya gue kaga inget sama sekali? Gue bahkan ga inget ukuran kontolnya!

“Yaudah,” Sahut Haechan santai, “Mau gue bantu biar lo inget lagi ga?”

Renjun langsung kicep. Mulutnya kebuka tutup, terus melotot kaget, “M-maksud lo?”

Haechan bersiul sambil liat paha mulus Renjun yang emang lagi pake celana pendek, “Ngewe sama gue, mau ga—”

“MAU!”

Haechan ketawa, emang si manis udah keliatan sange juga cuman dari tadi denial mulu bikin Haechan pengen goadain terus, “Tapi pas ngewe lo harus sebut nama gue.” Abis ngomong gitu bibir Renjun langsung dipagut penuh nafsu.

Renjun sendiri ga mau kalah dan perdalam ciuman mereka, disesap, digigit, diemut, sampe lidah keduanya saling bergulat nyiptain bunyi yang cuma bisa didengar keduanya. Posisi Renjun sekarang udah pindah di pangkuan Haechan yang masih handukan, kedua tangannya sibuk menggerayami bahu Haechan yang kokoh dan berotot.

“Ah—” Desah Renjun pas ciuman Haechan turun ke leher, “Fuck,”

Pala Renjun nengadah pas Haechan ngisep tiap jengkal kulit lehernya tanpa ampun. Pinggulnya ia gerakin nyari kepuasan dari kontol Haechan yang udah ngaceng dibalik handuk. Terus dia akhirnya sadar kalo sekarang kaos sama celananya udah kegeletak di lantai, kaos malang itu bahkan udah sobek ga berbentuk.

Anjing kaos moomin favorite gue.

Bibir Haechan sekarang menggempur pentil Renjun dengan rakus, “Anjing, pelan-pelan —ah!” Omelnya terus lanjut ngedesah pas Haechan ngemut pentil sambil ngocok penis si manis.

“Gue— hngh mau nyepong,” Renjun kelimpungan digempur atas bawah, lubangnya juga udah kedut-kedutan minta dijamah, tapi dia tetep mau cobain kontol Haechan di mulutnya.

Haechan dongakin wajahnya yang merah, rambutnya berantakan karena ulah Renjun, “Hm?”

“Mau nyepong punya lo,” Mata Renjun keliatan sayu, terus julurin lidahnya yang langsung disambut sama lidah Haechan. “Mau jilat kontol lo, Chan.”

Haechan akhirnya ngambil jarak, terus diusaknya rambut Renjun sebelum si manis akhirnya posisiin diri berlutut di depan selangkangan Haechan. Dia negup ludahnya pas mau buka tuh handuk yang masih nutupin kontol Haechan.

Holy fucking shit

Tangan Renjun agak tremor pas ngelit ukuran kontol Haechan yang fantastis.

Gede banget anjing udah kek kontol orang arab

Yang tentunya dia tonton di koleksi video bokepnya. Ini ada kali ya dua kali ukuran kontol gue?

Renjun usap pala kontol Haechan bikin si empunya ngedesah pelan, Ih, anjing. Mau gue bawa pulang.

Haechan yang ga sabaran langsung gerakin pinggulnya ke arah mulut Renjun. “Cepet sepongin, gue udah sange banget ini. Ntar abis ngewe lo boleh sayang-sayang kontol gue lagi deh,”

Mulut Renjun kebuka dan lansung jilatin kontolnya, terus dikulum sambil palanya maju mundur. Dia makin semanget pas denger Haechan ngedesah sambil sesekali nyebut nama Renjun.

“Binal banget anjing,” Tangan Haechan neken pala si manis, “Ah— jangan digigit, —ah, enak banget mulut lo, Renjun.”

Renjun, Renjun, Renjun— Rancu Haechan sambil nyodok kontolnya makin dalem, tubuhnya udah lengket penuh peluh. Sekali hentakan kuat, dibantu tangannya yang dorong pala Renjun, Haechan sukses ngecrot di dalem mulut si manis.

Mulut Renjun sekarang belepotan sama peju, sebagian ada yang ditelan sebagian ada yang dia usap pake punggung tangan, “Bisa bangun lagi berapa menit?”

Haechan yang ngos-ngosan jawab sambil ngacungin lima jarinya, “Lima menit,”

Dada Renjun ikut naik turun, terus tiba-tiba tubuhnya di dorong ke atas kasur, dikukung tangan Haechan di kedua sisi, “Inget, jangan lupa sebut nama gue.” Abis ngomong gitu Haechan pagut bibir Renjun lagi, tapi sekarang ciumannya lebih lembut, sambil sesekali digigit gemas.

“Ah, ah, ah—” Renjun kelimpungan pas Haechan nyodok analnya pake dua jari sekaligus, ditambah ciuman Haechan yang makin turun ke bawah sampe akhirnya lidah cowok itu ikut nyodok anal Renjun. “Ahng—aah!”

“Basah banget anjing, udah kek meki,” Lidah Haechan terus nyodok makin dalem, dan pas dirasa udah cukup, Haechan tegakkin tubuh sambil posisiin kontolnya depan anal Renjun, “Gue tau lo tadi malem main sendiri, sengaja banget emang mau bikin gue sange.”

Wajah Renjun merah banget, ketahuan udah main sendiri sama tetangga ganteng yang lo taksir? Tolong ingetin Renjun buat tutup jendelanya lain kali kalo lagi solo.

“Berisik! buruan gue udah sange —AH!” Renjun hampir ngejerit, palanya udah gerak ga karuan, “Gede— kontol gede, aah!” Lidah Renjun sekarang ngejulur keluar, badannya terus ngegelinjang seirama sama genjotan Haechan.

“Sebut—” Haechan genjotin pinggulnya makin dalem, “Nama gue— hgghh.”

Renjun langsung nurut, dia terus panggil nama Haechan tiap kali cowok itu genjotin pinggulnya, “Enak—ah, Haechan, Enak— Hae — ah, AAH!”

Mereka akhirnya ngecrot barengan, dan Haechan buru-buru narik kontolnya keluar biarin pejunya ngotorin perut Renjun terus ke mulut yang langsung ditelen sama si manis. “Cakep banget anjing, udah mirip aktris bokep.”

Renjun cuman bisa senyum, masih lemes, terus ga lama dia nyeletuk, “Gue tau sebenernya kita ga ngewe pas gue lagi mabok dua hari lalu.”

Soalnya ga mungkin gue ga inget kalo ukuran kontol lo segede itu.

Haechan tiba-tiba salting dan pura-pura batuk.

“Gue juga tau lo 'kan yang sebenernya udah maling sempak gue—”

Haechan sekarang rebahin tubuhnya di samping Renjun dan pura-pura pingsan. Disusul suara ketawa Renjun serta pukulan ringan di bahu Haechan sampe akhirnya cowok itu ngaku salah dan minta maaf. “Tapi lo tetep mau 'kan kalo gue ajak ngewe lagi?”

Emang otaknya penuh sama ngewe, ngewe, dan ngewe.

“Asal lo traktir gue makan malem di restoran mewah sama bawa gue nge-date tiap hari minggu.”

Haechan nyengir lebar banget terus mingkem sambil niruin gestur hormat, “Siap, komandan!”

Tags: oneshot, haeren neighbours!au, non baku, boyslove, pwp, swearing, explicit sex scene, anal fingering, local profanities, blowjob, just haeren being dumb and dumber, nsfw.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN!


Renjun duduk gelisah, keliatan dari isyarat rotasi bola netranya yang hilir-mudik natap seisi kamar Haechan. Secara aneh bin ajaib dia sekarang berakhir di sana, di kamar si tetangga ganteng yang katanya ga sengaja udah bobo bareng Renjun —

“Eh, bentar ya gue mandi dulu.” Haechan nongol dari balik pintu sambil nenteng handuk sama koloran doang.

— Bangsattt Renjun rasanya diserang rasa panik dadakan terus pura-pura natep jempol kakinya buat nyembunyiin rona merah di pipi, “Ya, santai aja, bro.“

Haechan terkekeh masih sambil mamerin otot perutnya yang waduh, moon maap... bisa bikin khilaf, “Cuaca hari ini gila panas banget,” Halah padahal setau Renjun di luar lagi gerimis, tapi toh dia tetep diem aja nggak nyaut, “Tunggu bentar ya.” Lanjut Haechan sampe akhirnya ngilang di balik pintu kamar mandi.

Sengaja banget emang. Tuduh Renjun sambil dongakin wajahnya natep pintu kamar mandi. Padahal sebulan lalu perut Haechan masih agak gembul, sama sekali belum ada bongkahan roti sobek seperti tadi. Jangan tanya Renjun tau dari mana, tiap hari dia disuguhin pemandangan topless Haechan tiap bangun pagi lewat jendela kamar mereka yang hadep-hadepan. Dia ga ngintip ya, tolong dicatet. Renjun anak baik ga pernah ngintip tetangganya yang ganteng pas lagi kibas-kibas rambut abis keramas yang cuman koloran doang, engga.

Engga salah lagi maksudnya.

Renjun benerin posisi duduknya, masih agak gugup. Otaknya lagi susah diajak mode innocent dan kepikiran soal kejadian ga sengaja bobo bareng dua hari lalu; di suatu pagi yang indah Renjun yang abis pesta minum-minum harus terbangun di atas ranjang tetangganya. Telanjang. Berdua. Pelukan. Ngewe—

—Ekhem tiba-tiba Renjun ngerasa aus, tangannya ia kibas-kibas depan muka. Suara air dari kamar mandi udah berenti, lalu disusul suara kenop pintu yang dibuka.

“Aduh, segernya,” Haechan keluar, masih berelanjang dada dengan handuk yang ngelingkar di pinggul. “Lo mau mandi juga ga?”

“Ga usah, makasih.” Renjun nunduk dalem banget sampe tengkuk lehernya kerasa sakit.

Tahan, Renjun. Tahan...

Haechan ikut duduk di sampingnya yang otomatis buat Renjun langsung ngedongak— alah sia boy — kalo diliat sedeket itu bahu Haechan kelitan lebar dan kokoh, Renjun jadi ga tahan mau pegang—

“Lo sange, ya? Mau ngewe lagi?”

Anjing.

Renjun langsung pasang muka sok bete, ga terima dituduh yang iya-iya, “Sembarangan. Lo kali yang sange,” mata Renjun ngedelik tajem, “Lagian lo kenapa malah minta gue nunggu di sini, sih? Pake mandi segala? Heh, denger, gue ke sini mau peringatin lo buat berenti godain gue terus soal dua hari lalu! Stop bikin gue ga nyaman tiap ketemu!”

Haechan condongin badannya makin deket, “Gue bikin lo ga nyaman?” Bisiknya di telinga Renjun dan sukses bikin si manis meremang, “Padahal dua hari lalu lo dateng dan minta diewe sama gue, minta dikontolin sampe bego—”

“Itu mah gara-gara alkohol!” Muka Renjun sekarang udah merah banget, “Lagian gue ga inget apa-apa, cuman inget pas bangun udah telanjang di kasur lo!”

Aduh, emang sial banget, kok bisa-bisanya gue kaga inget sama sekali? Gue bahkan ga inget ukuran kontolnya!

“Yaudah,” Sahut Haechan santai, “Mau gue bantu biar lo inget lagi ga?”

Renjun langsung kicep. Mulutnya kebuka tutup, terus melotot kaget, “M-maksud lo?”

Haechan bersiul sambil liat paha mulus Renjun yang emang lagi pake celana pendek, “Ngewe sama gue, mau ga—”

“MAU!”

Haechan ketawa, emang si manis udah keliatan sange juga cuman dari tadi denial mulu bikin Haechan pengen goadain terus, “Tapi pas ngewe lo harus sebut nama gue.” Abis ngomong gitu bibir Renjun langsung dipagut penuh nafsu.

Renjun sendiri ga mau kalah dan perdalam ciuman mereka, disesap, digigit, diemut, sampe lidah keduanya saling bergulat nyiptain bunyi yang cuma bisa didengar keduanya. Posisi Renjun sekarang udah pindah di pangkuan Haechan yang masih handukan, kedua tangannya sibuk menggerayami bahu Haechan yang kokoh dan berotot.

“Ah—” Desah Renjun pas ciuman Haechan turun ke leher, “Fuck,”

Pala Renjun nengadah pas Haechan ngisep tiap jengkal kulit lehernya tanpa ampun. Pinggulnya ia gerakin nyari kepuasan dari kontol Haechan yang udah ngaceng dibalik handuk. Terus dia akhirnya sadar kalo sekarang kaos sama celananya udah kegeletak di lantai, kaos malang itu bahkan udah sobek ga berbentuk.

Anjing kaos moomin favorite gue.

Bibir Haechan sekarang menggempur pentil Renjun dengan rakus, “Anjing, pelan-pelan —ah!” Omelnya terus lanjut ngedesah pas Haechan ngemut pentil sambil ngocok penis si manis.

“Gue— hngh mau nyepong,” Renjun kelimpungan digempur atas bawah, lubangnya juga udah kedut-kedutan minta dijamah, tapi dia tetep mau cobain kontol Haechan di mulutnya.

Haechan dongakin wajahnya yang merah, rambutnya berantakan karena ulah Renjun, “Hm?”

“Mau nyepong punya lo,” Mata Renjun keliatan sayu, terus julurin lidahnya yang langsung disambut sama lidah Haechan. “Mau jilat kontol lo, Chan.”

Haechan akhirnya ngambil jarak, terus diusaknya rambut Renjun sebelum si manis akhirnya posisiin diri berlutut di depan selangkangan Haechan. Dia negup ludahnya pas mau buka tuh handuk yang masih nutupin kontol Haechan.

Holy fucking shit

Tangan Renjun agak tremor pas ngelit ukuran kontol Haechan yang fantastis. Gede banget anjing udah kek kontol orang arab yang tentunya dia tonton di koleksi video bokepnya. Ini ada kali ya dua kali ukuran kontol gue

Renjun usap pala kontol Haechan bikin si empunya ngedesah pelan, Ih, anjing. Mau gue bawa pulang.

Haechan yang ga sabaran langsung gerakin pinggulnya ke arah mulut Renjun. “Cepet sepongin, gue udah sange banget ini. Ntar abis ngewe lo boleh sayang-sayang kontol gue lagi deh,”

Mulut Renjun kebuka dan lansung jilatin kontolnya, terus dikulum sambil palanya maju mundur. Dia makin semanget pas denger Haechan ngedesah sambil sesekali nyebut nama Renjun.

“Binal banget anjing,” Tangan Haechan neken pala si manis, “Ah— jangan digigit, —ah, enak banget mulut lo, Renjun.”

Renjun, Renjun, Renjun— Rancu Haechan sambil nyodok kontolnya makin dalem, tubuhnya udah lengket penuh peluh. Sekali hentakan kuat, dibantu tangannya yang dorong pala Renjun, Haechan sukses ngecrot di dalem mulut si manis.

Mulut Renjun sekarang belepotan sama peju, sebagian ada yang ditelan sebagian ada yang dia usap pake punggung tangan, “Bisa bangun lagi berapa menit?”

Haechan yang ngos-ngosan jawab sambil ngacungin lima jarinya, “Lima menit,”

Dada Renjun ikut naik turun, terus tiba-tiba tubuhnya di dorong ke atas kasur, dikukung tangan Haechan di kedua sisi, “Inget, jangan lupa sebut nama gue.” Abis ngomong gitu Haechan pagut bibir Renjun lagi, tapi sekarang ciumannya lebih lembut, sambil sesekali digigit gemas.

“Ah, ah, ah—” Renjun kelimpungan pas Haechan nyodok analnya pake dua jari sekaligus, ditambah ciuman Haechan yang makin turun ke bawah sampe akhirnya lidah cowok itu ikut nyodok anal Renjun. “Ahng—aah!”

“Basah banget anjing, udah kek meki,” Lidah Haechan terus nyodok makin dalem, pas dirasa udah cukup, Haechan tegakkin tubuh sambil posisiin kontolnya depan anal Renjun. “Gue tau lo tadi malem main sendiri, sengaja banget emang mau bikin gue sange.”

Wajah Renjun merah banget, ketahuan udah main sendiri sama tetangga ganteng yang udah lo taksir? Tolong ingetin Renjun buat tutup jendelanya lain kali kalo lagi solo.

“Berisik! buruan gue udah sange —AH!” Renjun hampir ngejerit, palanya udah gerak ga karuan, “Gede— kontol gede, aah!” lidah Renjun sekarang ngejulur keluar, badannya terus ngegelinjang seirama sama genjotan Haechan.

“Sebut—” Haechan genjotin pinggulnya makin dalem, “Nama gue— hgghh.”

Renjun langsung nurut, dia terus panggil nama Haechan tiap kali cowok itu genjotin pinggulnya, “Enak—ah, Haechan, Enak— Hae — ah, AAH!”

Mereka akhirnya ngecrot barengan, dan Haechan buru-buru narik kontolnya keluar biarin pejunya ngotorin perut Renjun terus ke mulut dan langsung ditelen sama si manis. “Cakep banget anjing, udah mirip aktris bokep.”

Renjun cuman bisa senyum, masih lemes, terus ga lama dia nyeletuk, “Gue tau sebenernya kita ga ngewe pas gue lagi mabok dua hari lalu.”

Soalnya ga mungkin gue ga inget kalo ukuran kontol lo segede itu.

Haechan tiba-tiba salting dan pura-pura batuk.

“Gue juga tau lo 'kan yang sebenernya udah maling sempak gue—”

Haechan sekarang rebahin tubuhnya di samping Renjun dan pura-pura pingsan. Disusul suara ketawa Renjun serta pukulan ringan di bahu Haechan sampe akhirnya cowok itu ngaku salah dan minta maaf. “Tapi lo tetep mau 'kan kalo gue ajak ngewe lagi?”

Emang otaknya penuh sama ngewe, ngewe, dan ngewe.

“Asal lo traktir gue makan malem di restoran mewah sama bawa gue nge-date tiap hari minggu.”

Haechan nyengir lebar banget terus mingkem sambil niruin gestur hormat, “Siap, komandan!”

Tags: oneshot, haeren neighbours!au, non baku, boyslove, pwp, swearing, explicit sex scene, anal fingering, local profanities, blowjob, just haeren being dumb and dumber, nsfw.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN!


Renjun duduk gelisah, keliatan dari isyarat rotasi bola netranya yang hilir-mudik natap seisi kamar Haechan. Secara aneh bin ajaib dia sekarang berakhir di sana, di kamar si tetangga ganteng yang katanya ga sengaja udah bobo bareng Renjun —

“Eh, bentar ya gue mandi dulu.” Haechan nongol dari balik pintu sambil nenteng handuk sama koloran doang.

— Bangsattt Renjun rasanya diserang rasa panik dadakan terus pura-pura natep jempol kakinya buat nyembunyiin rona merah di pipi, “Ya, santai aja bro.“

Haechan terkekeh masih sambil mamerin otot perutnya yang waduh, moon maap... bisa bikin khilaf, “Cuaca hari ini gila panas banget,” Halah padahal setau Renjun di luar lagi gerimis, tapi toh dia tetep diem aja nggak nyaut, “Tunggu bentar ya.” Lanjut Haechan sampe akhirnya ngilang di balik pintu kamar mandi.

Sengaja banget emang. Tuduh Renjun sambil dongakin wajahnya natep pintu kamar mandi. Padahal sebulan lalu perut Haechan masih agak gembul, sama sekali belum ada bongkahan roti sobek seperti tadi. Jangan tanya Renjun tau dari mana, tiap hari dia disuguhin pemandangan topless Haechan tiap bangun pagi lewat jendela kamar mereka yang hadep-hadepan. Dia ga ngintip ya, tolong dicatet. Renjun anak baik ga pernah ngintip tetangganya yang ganteng pas lagi kibas-kibas rambut abis keramas yang cuman koloran doang, engga.

Engga salah lagi maksudnya.

Renjun benerin posisi duduknya, masih agak gugup. Otaknya lagi susah diajak mode innocent dan kepikiran soal kejadian ga sengaja bobo bareng dua hari lalu. Di suatu pagi yang indah Renjun yang abis pesta minum-minum harus terbangun di atas ranjang tetangganya. Telanjang. Berdua. Pelukan. Ngewe—

—Ekhem tiba-tiba Renjun ngerasa aus, tangannya ia kibas-kibas depan muka. Suara air dari kamar mandi udah berenti, lalu disusul suara kenop pintu yang dibuka.

“Aduh, segernya,” Haechan keluar, masih berelanjang dada dengan handuk yang ngelingkar di pinggul. “Lo mau mandi juga ga?”

“Ga usah, makasih.” Renjun nunduk dalem banget sampe tengkuk lehernya kerasa sakit.

Tahan, Renjun. Tahan...

Haechan ikut duduk di sampingnya yang otomatis buat Renjun langsung ngedongak— alah sia boy kalo diliat sedeket itu bahu Haechan kelitan lebar dan kokoh, Renjun jadi ga tahan mau pegang— “Lo sange, ya? Mau ngewe lagi?”

Anjing.

Renjun langsung pasang muka sok bete, ga terima dituduh yang iya-iya, “Sembarangan. Lo kali yang sange,” mata Renjun ngedelik tajem, “Lagian lo kenapa malah minta gue nunggu di sini, sih? Pake mandi segala? Heh, denger, gue ke sini mau peringatin lo buat berenti godain gue terus soal dua hari lalu! Stop bikin gue ga nyaman tiap ketemu!”

Haechan condongin badannya makin deket, “Gue bikin lo ga nyaman?” Bisiknya di telinga Renjun dan sukses bikin si manis meremang, “Padahal dua hari lalu lo dateng dan minta diewe sama gue, minta dikontolin sampe bego—”

“Itu mah gara-gara alkohol!” Muka Renjun sekarang udah merah banget, “Lagian gue ga inget apa-apa, cuman inget pas bangun udah telanjang di kasur lo!”

Aduh, emang sial banget, kok bisa-bisanya gue kaga inget sama sekali? Gue bahkan ga inget ukuran kontolnya!

“Yaudah,” Sahut Haechan santai, “Mau gue bantu biar lo inget lagi ga?”

Renjun langsung kicep. Mulutnya kebuka tutup, terus melotot kaget, “M-maksud lo?”

Haechan bersiul sambil liat paha mulus Renjun yang emang lagi pake celana pendek, “Ngewe sama gue, mau ga—”

“MAU!”

Haechan ketawa, emang si manis udah keliatan sange juga cuman dari tadi denial mulu bikin Haechan pengen goadain terus, “Tapi pas ngewe lo harus sebut nama gue.” Abis ngomong gitu bibir Renjun langsung dipagut penuh nafsu.

Renjun sendiri ga mau kalah dan perdalam ciuman mereka, disesap, digigit, diemut, sampe lidah keduanya saling bergulat nyiptain bunyi yang cuma bisa didengar keduanya. Posisi Renjun sekarang udah pindah di pangkuan Haechan yang masih handukan, kedua tangannya sibuk menggerayami bahu Haechan yang kokoh dan berotot.

“Ah—” Desah Renjun pas ciuman Haechan turun ke leher, “Fuck,”

Pala Renjun nengadah pas Haechan ngisep tiap jengkal kulit lehernya tanpa ampun. Pinggulnya ia gerakin nyari kepuasan dari kontol Haechan yang udah ngaceng dibalik handuk. Terus dia akhirnya sadar kalo sekarang kaos sama celananya udah kegeletak di lantai, kaos malang itu bahkan udah sobek ga berbentuk.

Anjing kaos moomin favorite gue.

Bibir Haechan sekarang menggempur pentil Renjun dengan rakus, “Anjing, pelan-pelan —ah!” Omelnya terus lanjut ngedesah pas Haechan ngemut pentil sambil ngocok penis si manis.

“Gue— hngh mau nyepong,” Renjun kelimpungan digempur atas bawah, lubangnya juga udah kedut-kedutan minta dijamah, tapi dia tetep mau cobain kontol Haechan di mulutnya.

Haechan dongakin wajahnya yang merah, rambutnya berantakan karena ulah Renjun, “Hm?”

“Mau nyepong punya lo,” Mata Renjun keliatan sayu, terus julurin lidahnya yang langsung disambut sama lidah Haechan. “Mau jilat kontol lo, Chan.”

Haechan akhirnya ngambil jarak, terus diusaknya rambut Renjun sebelum si manis akhirnya posisiin diri berlutut di depan selangkangan Haechan. Dia negup ludahnya pas mau buka tuh handuk yang masih nutupin kontol Haechan.

Holy fucking shit

Tangan Renjun agak tremor pas ngelit ukuran kontol Haechan yang fantastis. Gede banget anjing udah kek kontol orang arab yang tentunya dia tonton di koleksi video bokepnya. Ini ada kali ya dua kali ukuran kontol gue

Renjun usap pala kontol Haechan bikin si empunya ngedesah pelan, Ih, anjing. Mau gue bawa pulang.

Haechan yang ga sabaran langsung gerakin pinggulnya ke arah mulut Renjun. “Cepet sepongin, gue udah sange banget ini. Ntar abis ngewe lo boleh sayang-sayang kontol gue lagi deh,”

Mulut Renjun kebuka dan lansung jilatin kontolnya, terus dikulum sambil palanya maju mundur. Dia makin semanget pas denger Haechan ngedesah sambil sesekali nyebut nama Renjun.

“Binal banget anjing,” Tangan Haechan neken pala si manis, “Ah— jangan digigit, —ah, enak banget mulut lo, Renjun.”

Renjun, Renjun, Renjun— Rancu Haechan sambil nyodok kontolnya makin dalem, tubuhnya udah lengket penuh peluh. Sekali hentakan kuat, dibantu tangannya yang dorong pala Renjun, Haechan sukses ngecrot di dalem mulut si manis.

Mulut Renjun sekarang belepotan sama peju, sebagian ada yang ditelan sebagian ada yang dia usap pake punggung tangan, “Bisa bangun lagi berapa menit?”

Haechan yang ngos-ngosan jawab sambil ngacungin lima jarinya, “Lima menit,”

Dada Renjun ikut naik turun, terus tiba-tiba tubuhnya di dorong ke atas kasur, dikukung tangan Haechan di kedua sisi, “Inget, jangan lupa sebut nama gue.” Abis ngomong gitu Haechan pagut bibir Renjun lagi, tapi sekarang ciumannya lebih lembut, sambil sesekali digigit gemas.

“Ah, ah, ah—” Renjun kelimpungan pas Haechan nyodok analnya pake dua jari sekaligus, ditambah ciuman Haechan yang makin turun ke bawah sampe akhirnya lidah cowok itu ikut nyodok anal Renjun. “Ahng—aah!”

“Basah banget anjing, udah kek meki,” Lidah Haechan terus nyodok makin dalem, pas dirasa udah cukup, Haechan tegakkin tubuh sambil posisiin kontolnya depan anal Renjun. “Gue tau lo tadi malem main sendiri, sengaja banget emang mau bikin gue sange.”

Wajah Renjun merah banget, ketahuan udah main sendiri sama tetangga ganteng yang udah lo taksir? Tolong ingetin Renjun buat tutup jendelanya lain kali kalo lagi solo.

“Berisik! buruan gue udah sange —AH!” Renjun hampir ngejerit, palanya udah gerak ga karuan, “Gede— kontol gede, aah!” lidah Renjun sekarang ngejulur keluar, badannya terus ngegelinjang seirama sama genjotan Haechan.

“Sebut—” Haechan genjotin pinggulnya makin dalem, “Nama gue— hgghh.”

Renjun langsung nurut, dia terus panggil nama Haechan tiap kali cowok itu genjotin pinggulnya, “Enak—ah, Haechan, Enak— Hae — ah, AAH!”

Mereka akhirnya ngecrot barengan, dan Haechan buru-buru narik kontolnya keluar biarin pejunya ngotorin perut Renjun terus ke mulut dan langsung ditelen sama si manis. “Cakep banget anjing, udah mirip aktris bokep.”

Renjun cuman bisa senyum, masih lemes, terus ga lama dia nyeletuk, “Gue tau sebenernya kita ga ngewe pas gue lagi mabok dua hari lalu.”

Soalnya ga mungkin gue ga inget kalo ukuran kontol lo segede itu.

Haechan tiba-tiba salting dan pura-pura batuk.

“Gue juga tau lo 'kan yang sebenernya udah maling sempak gue—”

Haechan sekarang rebahin tubuhnya di samping Renjun dan pura-pura pingsan. Disusul suara ketawa Renjun serta pukulan ringan di bahu Haechan sampe akhirnya cowok itu ngaku salah dan minta maaf. “Tapi lo tetep mau 'kan kalo gue ajak ngewe lagi?”

Emang otaknya penuh sama ngewe, ngewe, dan ngewe.

“Asal lo traktir gue makan malem di restoran mewah sama bawa gue nge-date tiap hari minggu.”

Haechan nyengir lebar banget terus mingkem sambil niruin gestur hormat, “Siap, komandan!”

Tags: oneshot, haeren neighbours!au, non baku, boyslove, pwp, swearing, explicit sex scene, anal fingering, local profanities, blowjob, just haeren being dumb and dumber, nsfw.

MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN!


Renjun duduk gelisah, keliatan dari isyarat rotasi bola netranya yang hilir-mudik natap seisi kamar Haechan. Secara aneh bin ajaib dia sekarang berakhir di sana, di kamar si tetangga ganteng yang katanya ga sengaja udah bobo bareng Renjun —

“Eh, bentar ya gue mandi dulu.” Haechan nongol dari balik pintu sambil nenteng handuk sama koloran doang.

— Bangsattt Renjun rasanya diserang rasa panik dadakan terus pura-pura natep jempol kakinya buat nyembunyiin rona merah di pipi, “Ya, santai aja bro.“

Haechan terkekeh masih sambil mamerin otot perutnya yang waduh, moon maap... bisa bikin khilaf, “Cuaca hari ini gila panas banget,” Halah padahal setau Renjun di luar lagi gerimis, tapi toh dia tetep diem aja nggak nyaut, “Tunggu bentar ya.” Lanjut Haechan sampe akhirnya ngilang di balik pintu kamar mandi.

Sengaja banget emang. Tuduh Renjun sambil dongakin wajahnya natep pintu kamar mandi. Padahal sebulan lalu perut Haechan masih agak gembul, sama sekali belum ada bongkahan roti sobek seperti tadi. Jangan tanya Renjun tau dari mana, tiap hari dia disuguhin pemandangan topless Haechan tiap bangun pagi lewat jendela kamar mereka yang hadep-hadepan. Dia ga ngintip ya, tolong dicatet. Renjun anak baik ga pernah ngintip tetangganya yang ganteng pas lagi kibas-kibas rambut abis keramas yang cuman koloran doang, engga. Engga salah lagi maksudnya.

Renjun benerin posisi duduknya, masih agak gugup. Otaknya lagi susah diajak mode innocent dan kepikiran soal kejadian ga sengaja bobo bareng dua hari lalu. Di suatu pagi yang indah Renjun yang abis pesta minum-minum harus terbangun di atas ranjang tetangganya. Telanjang. Berdua. Pelukan. Ngewe—

—Ekhem tiba-tiba Renjun ngerasa aus, tangannya ia kibas-kibas depan muka. Suara air dari kamar mandi udah berenti, lalu disusul suara kenop pintu yang dibuka.

“Aduh, segernya,” Haechan keluar, masih berelanjang dada dengan handuk yang ngelingkar di pinggul. “Lo mau mandi juga ga?”

“Ga usah, makasih.” Renjun nunduk dalem banget sampe tengkuk lehernya kerasa sakit.

Tahan, Renjun. Tahan...

Haechan ikut duduk di sampingnya yang otomatis buat Renjun langsung ngedongak— alah sia boy kalo diliat sedeket itu bahu Haechan kelitan lebar dan kokoh, Renjun jadi ga tahan mau pegang— “Lo sange, ya? Mau ngewe lagi?”

Anjing.

Renjun langsung pasang muka sok bete, ga terima dituduh yang iya-iya, “Sembarangan. Lo kali yang sange,” mata Renjun ngedelik tajem, “Lagian lo kenapa malah minta gue nunggu di sini, sih? Pake mandi segala? Heh, denger, gue ke sini mau peringatin lo buat berenti godain gue terus soal dua hari lalu! Stop bikin gue ga nyaman tiap ketemu!”

Haechan condongin badannya makin deket, “Gue bikin lo ga nyaman?” Bisiknya di telinga Renjun dan sukses bikin si manis meremang, “Padahal dua hari lalu lo dateng dan minta diewe sama gue, minta dikontolin sampe bego—”

“Itu mah gara-gara alkohol!” Muka Renjun sekarang udah merah banget, “Lagian gue ga inget apa-apa, cuman inget pas bangun udah telanjang di kasur lo!”

Aduh, emang sial banget, kok bisa-bisanya gue kaga inget sama sekali? Gue bahkan ga inget ukuran kontolnya!

“Yaudah,” Sahut Haechan santai, “Mau gue bantu biar lo inget lagi ga?”

Renjun langsung kicep. Mulutnya kebuka tutup, terus melotot kaget, “M-maksud lo?”

Haechan bersiul sambil liat paha mulus Renjun yang emang lagi pake celana pendek, “Ngewe sama gue, mau ga—”

“MAU!”

Haechan ketawa, emang si manis udah keliatan sange juga cuman dari tadi denial mulu bikin Haechan pengen goadain terus, “Tapi pas ngewe lo harus sebut nama gue.” Abis ngomong gitu bibir Renjun langsung dipagut penuh nafsu.

Renjun sendiri ga mau kalah dan perdalam ciuman mereka, disesap, digigit, diemut, sampe lidah keduanya saling bergulat nyiptain bunyi yang cuma bisa didengar keduanya. Posisi Renjun sekarang udah pindah di pangkuan Haechan yang masih handukan, kedua tangannya sibuk menggerayami bahu Haechan yang kokoh dan berotot.

“Ah—” Desah Renjun pas ciuman Haechan turun ke leher, “Fuck,”

Pala Renjun nengadah pas Haechan ngisep tiap jengkal kulit lehernya tanpa ampun. Pinggulnya ia gerakin nyari kepuasan dari kontol Haechan yang udah ngaceng dibalik handuk. Terus dia akhirnya sadar kalo sekarang kaos sama celananya udah kegeletak di lantai, kaos malang itu bahkan udah sobek ga berbentuk.

Anjing kaos moomin favorite gue.

Bibir Haechan sekarang menggempur pentil Renjun dengan rakus, “Anjing, pelan-pelan —ah!” Omelnya terus lanjut ngedesah pas Haechan ngemut pentil sambil ngocok penis si manis.

“Gue— hngh mau nyepong,” Renjun kelimpungan digempur atas bawah, lubangnya juga udah kedut-kedutan minta dijamah, tapi dia tetep mau cobain kontol Haechan di mulutnya.

Haechan dongakin wajahnya yang merah, rambutnya berantakan karena ulah Renjun, “Hm?”

“Mau nyepong punya lo,” Mata Renjun keliatan sayu, terus julurin lidahnya yang langsung disambut sama lidah Haechan. “Mau jilat kontol lo, Chan.”

Haechan akhirnya ngambil jarak, terus diusaknya rambut Renjun sebelum si manis akhirnya posisiin diri berlutut di depan selangkangan Haechan. Dia negup ludahnya pas mau buka tuh handuk yang masih nutupin kontol Haechan.

Holy fucking shit

Tangan Renjun agak tremor pas ngelit ukuran kontol Haechan yang fantastis. Gede banget anjing udah kek kontol orang arab yang tentunya dia tonton di koleksi video bokepnya. Ini ada kali ya dua kali ukuran kontol gue

Renjun usap pala kontol Haechan bikin si empunya ngedesah pelan, Ih, anjing. Mau gue bawa pulang.

Haechan yang ga sabaran langsung gerakin pinggulnya ke arah mulut Renjun. “Cepet sepongin, gue udah sange banget ini. Ntar abis ngewe lo boleh sayang-sayang kontol gue lagi deh,”

Mulut Renjun kebuka dan lansung jilatin kontolnya, terus dikulum sambil palanya maju mundur. Dia makin semanget pas denger Haechan ngedesah sambil sesekali nyebut nama Renjun.

“Binal banget anjing,” Tangan Haechan neken pala si manis, “Ah— jangan digigit, —ah, enak banget mulut lo, Renjun.”

Renjun, Renjun, Renjun— Rancu Haechan sambil nyodok kontolnya makin dalem, tubuhnya udah lengket penuh peluh. Sekali hentakan kuat, dibantu tangannya yang dorong pala Renjun, Haechan sukses ngecrot di dalem mulut si manis.

Mulut Renjun sekarang belepotan sama peju, sebagian ada yang ditelan sebagian ada yang dia usap pake punggung tangan, “Bisa bangun lagi berapa menit?”

Haechan yang ngos-ngosan jawab sambil ngacungin lima jarinya, “Lima menit,”

Dada Renjun ikut naik turun, terus tiba-tiba tubuhnya di dorong ke atas kasur, dikukung tangan Haechan di kedua sisi, “Inget, jangan lupa sebut nama gue.” Abis ngomong gitu Haechan pagut bibir Renjun lagi, tapi sekarang ciumannya lebih lembut, sambil sesekali digigit gemas.

“Ah, ah, ah—” Renjun kelimpungan pas Haechan nyodok analnya pake dua jari sekaligus, ditambah ciuman Haechan yang makin turun ke bawah sampe akhirnya lidah cowok itu ikut nyodok anal Renjun. “Ahng—aah!”

“Basah banget anjing, udah kek meki,” Lidah Haechan terus nyodok makin dalem, pas dirasa udah cukup, Haechan tegakkin tubuh sambil posisiin kontolnya depan anal Renjun. “Gue tau lo tadi malem main sendiri, sengaja banget emang mau bikin gue sange.”

Wajah Renjun merah banget, ketahuan udah main sendiri sama tetangga ganteng yang udah lo taksir? Tolong ingetin Renjun buat tutup jendelanya lain kali kalo lagi solo.

“Berisik! buruan gue udah sange —AH!” Renjun hampir ngejerit, palanya udah gerak ga karuan, “Gede— kontol gede, aah!” lidah Renjun sekarang ngejulur keluar, badannya terus ngegelinjang seirama sama genjotan Haechan.

“Sebut—” Haechan genjotin pinggulnya makin dalem, “Nama gue— hgghh.”

Renjun langsung nurut, dia terus panggil nama Haechan tiap kali cowok itu genjotin pinggulnya, “Enak—ah, Haechan, Enak— Hae — ah, AAH!”

Mereka akhirnya ngecrot barengan, dan Haechan buru-buru narik kontolnya keluar biarin pejunya ngotorin perut Renjun terus ke mulut dan langsung ditelen sama si manis. “Cakep banget anjing, udah mirip aktris bokep.”

Renjun cuman bisa senyum, masih lemes, terus ga lama dia nyeletuk, “Gue tau sebenernya kita ga ngewe pas gue lagi mabok dua hari lalu.”

Soalnya ga mungkin gue ga inget kalo ukuran kontol lo segede itu.

Haechan tiba-tiba salting dan pura-pura batuk.

“Gue juga tau lo 'kan yang sebenernya udah maling sempak gue—”

Haechan sekarang rebahin tubuhnya di samping Renjun dan pura-pura pingsan. Disusul suara ketawa Renjun serta pukulan ringan di bahu Haechan sampe akhirnya cowok itu ngaku salah dan minta maaf. “Tapi lo tetep mau 'kan kalo gue ajak ngewe lagi?”

Emang otaknya penuh sama ngewe, ngewe, dan ngewe.

“Asal lo traktir gue makan malem di restoran mewah sama bawa gue nge-date tiap hari minggu.”

Haechan nyengir lebar banget terus mingkem sambil niruin gestur hormat, “Siap, komandan!”