I MISS YOU MORE THAN LIFE
Tags:Haeren pirates!au 🔞 blood, angst, major characters death, anal sex, nsfw.
I don't gain any commercial advantage by publishing this au. This exactly is just for fun.
MINORS DNI!! JAUH-JAUH KALIAN
“Cheers, everyone!” Seru Mark dari atas deck kapal, wajahnya sudah memerah karena udara dingin dan juga cairan alkohol di tangannya. “Minumlah sepuasnya!!”
Dentingan gelas berisi bir beradu, disusul suara riuh kemenangan menambah suasana menjadi semakin ramai. Aku pun tak ingin ketinggalan, ku acungkan gelas yang kini isinya tinggal setengah ke udara seraya meneriakan kata yang sama, lantas ku tenggak alkohol itu dalam sekali teguk dengan rakus.
Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari pinggulku dengan erat, “Finally, I found you.“
Aku mendongak menatap si pelaku yang tersenyum secerah mentari pagi, “Well, congratulation?“
Bibirnya cemberut mendengar responku, “Hey, aku sudah berjam-jam mencarimu di antara lautan manusia bar-bar ini, dan kau hanya mengucapkan congratulation?” katanya sedikit didramatisir.
Aku terkekeh pelan, lalu mengalungkan kedua tanganku di lehernya, “Selamat kekasihku, Lee Haechan. Kau sudah menemukan Renjunmu.” Bisikku dengan sedikit berjinjit, tangan Haechan kini turun dan meremas bokongku.
“Damn, can I fuck you?“
Senyuman di wajahku semakin melebar, “I don't know, can you?” Seketika Haechan mengangkat tubuhku dan membuat kakiku otomatis melingkari pinggulnya, “Ah!” punggungku menghatam meja dan membuat beberapa botol rum jatuh hingga pecah. Bibir Haechan sekarang menyerang leherku seraya menekan selangkanganku dengan penisnya. “Not here, dumbass— hng!”
Orang-orang sudah terlalu mabuk untuk menyadari jika aku dan Haechan sedang mencumbu satu sama lain, dan dengan posisi yang sama, Haechan membawa tubuhku ke kamar dekat dapur, “Fuck, Haechan please fuck me– aah!”
“Open your legs, baby,” Titah Haechan setelah membaringkan tubuhku di kasur, ia lalu menurunkan celananya hingga lutut, dan melempar pakaianku setelah berhasil melucuti semua. “Aduh, gemes banget lubang kamu yang, kedut-kedutan mau ngisep kontolku ya, hm?”
Oh, no. He's talking to my hole again.
“Don't talk to my hole like that—“
Haechan terkekeh senang, dan mulai menekan-nekan lubang analku, “Aku seneng kamu selalu jaga bagian ini, kamu bahkan selalu rutin cukuran. Padahal kita bajak laut, sibuk berlayar dan mencari harta karun, bertarung—”
“Ga ada hubungannya, aku suka jaga kebersihan diri ya karena ingin.” Kataku seraya memutar mata.
Mendapati Jawaban seperti itu, Haechan malah semakin melebarkan senyuman, “Aku arkeolog paling beruntung selautan kalo gitu, soalnya aku punya navigator seindah kamu.”
Aku memalingkan wajah, coba sembunyikan semu merah di pipi, “Will you fuck me now? I'm getting old here.“
Bibirnya kini menyapu pahaku, “I'm just- so happy that you are mine, my happiness, my treassure, Huang Renjun would you mar—“
“Shut it,” Aku meneggakan tubuh dan membalikkan posisi kami, “Kita bisa mengobrol nanti, Haechan. I'll ride you tonight.“
Tanganku mengocok penisnya yang sudah menegang dari tadi, lalu kuhisap dan kuludahi hingga penisnya kini licin dengan saliva dan cairan precum-nya sendiri. Setelahnya aku memposisikan diri di atas pinggul Haechan, penisnya sudah keras dan tegak sehingga sangat mudah saat aku membenamkan penisnya di lubang analku.
“Aah, hngghh, aah, ah—” Desahanku terdengar seirama dengan pinggul yang terus bergerak naik turun, “Haechan, aah— so good.”
Kedua tangan Haechan membantu pergerakan pinggulku, sedangkan penisnya ia gerakan agar menyodok lebih dalam, mengenai prostatku berulangkali, “So good, baby- aghh.”
Haechan mendaratkan beberapa gigitan di leher, bahu, dan dada. Merangsangku untuk melakukan hal yang sama, namun aku terlalu kalut dalam kenikmatan sehingga hanya mampu meninggalkan cakaran yang cukup dalam di punggungnya, “There— aah, Haechan— gonna come!”
“Come with me baby,” Dan dalam tiga tusukan selanjutnya kami mencapai klimaks bersama. “Good job, baby,” Tubuh lengket saling menempel, dan kami tak sedikitpun melepaskan pandangan satu sama lain. Sebelah tangan Haechan terangkat untuk mengusak rambutku, “I love you.”
Kedua alisku melengkung sempurna, dan bertanya-tanya dalam hati, 'Ada apa dengannya hari ini?' namun demikian aku membalasnya dengan berkata, “I love you more, Haechan. And you know that.“
Ia terkekeh dan mendaratkan ciuman di dahi, pipi, hidung, dan bahkan di telingaku, “I'm so fuckin in love with you,” katanya seraya mencium bibirku sekilas lalu melepaskan diri untuk membersihkan sisa sperma yang mengotori tubuh kami. “Kemarilah,” Katanya seraya menepuk bagian kosong di samping kiri tempat tidur, tangannya langsung merangkul pinggulku ketika aku mendekat. “Apa kau bisa merasakan detak jantungku?”
Aku mengangguk, sekarang posisi kami sedang berbaring ke kiri dengan Haechan di belakang tubuhku, memeluk erat, “Yeah, I even can feel your dick poking at my ass.”
Haechan tertawa, “Baby, I'm serious right now,” katanya seraya mengecup belakang kepalaku, “Renjun... Lautan terkadang begitu menakutkan, aku takut ia mengambilmu dariku... Begitu banyak perompak dan bajak laut lain yang kita hadapi, dan aku takut suatu saat mereka mengambilmu dariku—”
Aku menggelengkan kepala namun sebelum aku bisa menyela, Haechan kembali melanjutkan, “Oleh karena itu, aku ingin agar aku bisa berada di sisimu selamanya, aku ingin kita terus bersama, menua bersama, bahkan setelah kita berhenti jadi bajak laut, aku selalu ingin menjadi rumahmu,”
Aku menahan napas dan merasakn detak jantungku yang seolah ingin lompat dari tempatnya, Lee Haechan apakah dia bermaksud—
“Huang Renjun, will you mar—”
BOOM!!
Tubuhku terlonjak kaget, begitu pun dengan Haechan yang sedikit terpental ke belakang. Sebuah ledakan besar baru saja terdengar dari ruang dock system, “Apa yang—”
BOOM!! BOOM!!
Ledakan beruntun terdengar dari arah soldier dock dan langsung membuatku panik. Ada sesuatu yang tidak beres, apakah kami diserang?
“Tunggulah di sini.”
Haechan beranjak menuju pintu setelah memakai pakaiannya kembali, namun langsung ku tahan, “What? No! I'm going with you!“
“Sshh, Renjun. Tunggu di sini aku tak akan lama. Aku akan langsung kembali, okay?”
Aku menggeleng dan mempererat genggamanku padanya. Namun Haechan kukuh akan keinginannya untuk pergi sendiri, dengan berat hati ku lepas tangannya, “Berjanjilan segera kembali.”
Haechan mengangguk dan mengecup bibirku seklias sebelum akhirnya menghilang di balik pintu yang kini kembali tertutup rapat. Aku segera memakai pakaianku, dan duduk resah menajamkan pendengaran. Untuk sesaat aku mulai merasa cukup tenang dan mencoba berfikir positif, namun detik berikutnya terdengar ledakan dari ruang observasi. Ledakannya tak begitu besar seperti sebelumnya, tapi dengan itu aku meyakinkan diri untuk keluar.
Bodoh sekali, pistolku tertinggal di— entah di mana.
Pintu terbuka dan aroma bubuk mesiu langsung menerpa hidungku, “What the fuck is happening?” Debu tebal akibat ledakan menghalangi penglihatanku, tanpa sadar kaki menginjak sesuatu— seseorang.
Oh, moon... Tubuh seseorang terbujur di bawah kakiku penuh darah. Aku berjongkok untuk memeriksa keadaannya, dan saat itulah aku sadar jika orang yang ku injak tidak lain tidak bukan adalah wakil kapten kami, Lee Jeno.
“Jeno!” Kutepuk wajahnya beberapa kali tapi nihil. Ia tetap tak sadarkn diri, jadi kuputuskn untuk memindahkan tubuhnya ke sudut dekat pintu dapur. “Jeno, bertahanlah. Oh moon, darahmu... kau harus segera diobati Nana!”
Ku edarkan pandanganku dan mendapati jika debu di udara sudah menghilang. Aku harus pergi mencari Nana dan Haechan dan juga yang lain. “Lee Jeno, kumohon bertahanlah.”
Aku langsung pergi menuju deck atas, dan melihat tihang utama sudah terbelah dua. No— noo
“Kapten!” Aku berlari mencari Mark, tapi tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaannya, “Jisung!?” dari atas deck aku bisa melihat tubuh para kru lain tergeletak bersimbah darah, aku bahkan tak berani melihatnya lebih dekat, “Chenle!? Nana??”
Hening tak ada jawaban, dan aku sedikit banyak merasa lega.
Moon, ku mohon lindungi mereka, lindungi Haechan.
“Renjun! Merunduk!”
BOOM!
Aku sontak merunduk dan merasakn serpihan kapal mengenaik tubuhku. “I told you to stay inside!” Haechan memeluk tubuhku dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya memegang pistol, “Kapal kita diserang dari dua arah dengan jarak cukup jauh, mereka juga menyusup dan menyerang diam-diam lalu meluncurkan tembakan.”
“Oh, no. This is bad,” Aku menengadah dan merasakan perubahan angin, akan datang badai yang sangat buruk. “Di mana Mark dan yang lain?”
“Kaki Chenle terluka dan Jisung sedang mencoba mengobatinya—”
“Nana?”
Haechan menyiapkan pinstolnya siap menembak, “Dia mencari Jeno dan Mark.”
“Jeno ada di lantai bawah dekat dapur.”
Haechan melihat ke arahku dan mengusap kepalaku pelan, “Renjun, jika sesutu hal buruk terjadi aku ingin kau pergi menyelamatkan diri dan mencari kapal ayahku, Johnny.”
“Jangan bilang seperti itu! Kita akan baik-baik saja! Lagipula bagaiman bisa aku menemui ayahmu jika tanpa kau dan dua sodaramu yang lain?”
“No, I'm serious, Renjun—”
“Aku juga serius!” Pandangan mataku memburam, “Berhenti menyuruhku jadi pengecut, Haechan. Aku tak akan pergi kemanapun tanpa kalian, aku bisa bertarung melawan mereka.” Anging bertiup gelisah dari arah barat, dan itulah pertanda jika badai sudah siap menyapa.
“I'm sorry baby, I know you are strong but—“
“Shut up,” Aku menepis tangan Haechan dan melihat ke arah kemudi kapal yang sudah rusak. Ini buruk. Sangat buruk. “Kumpulkan yang lain, kita akan tinggalkan kapal ini dengan skoci—”
BOOM!! BOOM!!!
“Renjun!!”
Suara guntur menggelegar disusul dengn kilat dan hujan yang mulai turun. “Haechan! cari yang lain dan suruh tinggalkan kapal!” Suaraku teredam guntur lalu tak lama kudengar teriakan Jisung dari arah selatan, ruang baca, yang sudah setengah hancur.
“Jisung!” Aku melihat Jisung terduduk dengan Chenle yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Oh, moon. No.. Not Chenle, noo—
“JISUNG!”
Haechan menahan tubuhku dan mencoba melindungi kami dari serangan berikutnya, “JISUNG!!”
Jisung menggelengkan kepala, “I won't leave Chenle alone!“
Detik berikutnya ledakan dahsyat mengahantam kapal.
“JISUUNG!!! NOO!!”
Di bawah guyuran hujan dan badai, aku menangis. “Chenle... Jisung...” Ku peluk erat tubuh Haechan, dan kembali menangis di bahunya. Tak lama aku merasakan kapal mulai tenggelam, sedikit demi sedikit—
“Renjun,” Haechan memulai, dan saat itulah aku melihat punggungnya dipenuhi warna merah. “Baby, listen to me.“
“Oh, noo.. Punggungmu terluka, Haechan punggungmu—”
Haechan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda kecil dan berkilau.
No way, Haechan?
“Huang Renjun, will you be my husband?“
Aku menatapnya tak percaya dengan air mata terus membanjiri pipi. “Yes. Yes, Haechan. I love you—“
“I love you most, baby,” Haechan mengecup keningku seklias lalu memagut bibirku pelan, “Aku ngin kau mendengarku.”
Aku mengangguk dengan putus asa.
“Berenanglah sejauh yang kau bisa, cari pulau terdekat dan kita akan bertemu di sana.”
No. Fucking no.
“You hear me?” Haechan mengusap air mataku, “I promise I'll marry you as soon as we meet again.“
Sesuatu di dalam diriku terus berbisik dan memperingatkan, “When will we meet again?“
“Soon, baby.” Haechan mengecup bibirku lagi, “I love you.“
Kapal musuh semakin mendekat dan badai tak kunjung mereda,
Pada laut yang sedang mengamuk,
Ku titipkan kekasihku untuk kau jaga.
Esok harinya tubuhku terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Aku tak tahu sudah terhempas sejauh mana, tapi yang jelas badai sudah berhenti.
Aku menunggu, dan menunggu.
Haechan bilang dia akan segera menemuiku, dan aku percaya itu.
Aku tetap menunggu, esoknya dan esoknya dan seterusnya hingga sumber makanan di pulau ini hampir habis. Serpihan kapal yang familiar menghiasi sisi pantai, dan tangisku kembali pecah saat menemukan potongan baju Mark.
Malam yang melelahkan diiringi tangis pilu, dingin, sedirian...
Aku merindukanmu...
Haechan, apa kau dengar?
I miss you more than life...
Kulihat benda kecil yang melingkar di jari manisku, I'm yours, so please take me with you.
Namun pada akhirnya aku tetap memilih melanjutkan hidup dan akan terus menunggu Haechan untuk kembali. Bahkan saat kapal lain berbaik hati menolong dan membawaku pergi, aku akan tetap membawa cintamu bersamaku, Haechan.
“Kau ingin menemui kapal ilichil? Bajak laut ilichil?”
Aku mengangguk.
“Sayang sekali, nak. Kapal itu sudah tidak ada, lenyap dihantam badai dahsyat dan tenggelam.”
“Wha—”
“Tapi ku dengar ada yang selamat, kalau tak salah Johnny Suh dan salah satu putranya terlihat di kota xx. Mereka sedang mencari orang bernama Hwang Ronjon.”
Hatiku menghangat pun air mata yang terus mengalir membanjiri pipi. Meskipun kesempatan bertemu sangat kecil, tapi mulai sekarang aku akan tetap tegar dan membawa kenangan bersama para kru kapal kami. Mereka akan selalu hidup dalam ingatanku.
Dan aku akan meyakinkan diriku setiap hari, bahwa suatu saat laut akan mempertemukan kami kembali.