Job Interview

Tags: HaeRen abo!au, public sex, anal fingering, harsh words, swearing, local profanities , jorok, scenting, pwp, nsfw.

MINORS JANGAN BACA!


“Lu jangan lupa bawa suppressant.”

“Iye, bawel. Lagian gue ga pernah lupa.”

Adalah percakapan terakhir Renjun bersama sang kakak sebelum berangkat untuk menghadiri undangan job interview di perusahaan ternama, Lee Corporation. Sayang beribu sayang nyatanya peringatan sang kakak tersebut hanya jadi angin lalu. Renjun tetap lupa membawa suppressant baru, dan sekarang berakhir ngangkang tanpa sehelai pakaian, diperparah lagi jadi bahan tontonan orang-orang berjas lain yang bahkan tak ia kenal.

“Dapet mainan dari mana, bos?”

“Anjir, pasti enak nyodok lubang sempit gitu.”

“Banjir gile bocor tuh lubangnya bocor.”

Mata Renjun udah setengah terbuka, coba fokus lihat semua sumber suara Alpha yang lagi pasang muka sange ke arahnya. Renjun lalu dengan sengaja makin lebarin kakinya, “Berisik tolol,” Renjun yang lagi heat emang suka jadi liar dan frontal. “Gue mau dientot— aah,” Jari Haechan garukin dinding anal Renjun makin dalem, “Malah ditontonin doang— hnngg.”

Lee Haechan, selaku CEO perusahan terkekeh dengar ucapan Renjun, “Suka digarukin lubangnya? Iya? Udah sange banget sampe minta dientot siapa aja?”

Denger itu Renjun langsung merengek, mengalungkan kedua tangannya di leher Haechan buat ngendus dan jilat feromon maskulin sang Alpha sama lidahnya.

“Gila, lubangnya merah banget, pasti abis dijebol,” Doyoung, HRD yang hari ini bertugas nyeleksi calon karyawan baru ikut berkomentar, “Bisa aja si bos nyari mainan barunya cakep banget.”

Si pria Jung ikut menimpali, “Ini sih keliatan sering dientot.”

Renjun buru-buru gelengin palanya yang pening dan sukses buat semua pasang mata di sana terfokus ke arahnya. Sampe akhirnya Haechan buka suara, “Pada mau lihat live bokep ga?”

Semua orang di sana serempak menjawab mau, tentu saja, dan diam-diam udah pada nganceng duluan.

Pas pinggul Renjun gerak-gerak nyari kenikmatan dari jari Haechan, tiba-tiba Alpha itu menarik keluar keempat jemarinya. Mata Renjun otomatis membulat, melihat para Alpha di sana memeggangi kontolnya masing-masing, bersiap mencari kenikmatan sendiri dengan menonton pertunjukan di hadapan mereka.

Menonton dirinya. Menonton lubangnya yang bentar lagi digempur kontol Haechan.

Yah, anjing. Kenapa gue malah jadi bahan tontonan ga senonoh begini? Heat sialan, sial — sial — sial

Haechan jepit kedua kaki Renjun, sabuk serta celana dalamnya udah dilepas, sekarang Haechan memposisikan diri di selangkangan Renjun dan melebarkan kedua kakinya. Wangi feromon khas sang Omega menyeruak indra penciuman, memabukkan. “Wanginya mantep banget.”

Semua Alpha di sana mengangguk setuju.

“Udah ga sabar pengen saya kontolin?” Goda Haechan saat Renjun mencoba meraihnya, menggapai dada dan perutnya, meregangkan jemarinya buat raih kontol Haechan.

“Mau dikontolin, Alpha. Mau dikontolin sampe bego—”

Rengekan Renjun sukses buat Haechan menggeram, ia lalu meraih paha Renjun dengan tenaga sedemikian kuat hingga Renjun berteriak kaget. Haechan membelah lubangnya dengan kejam, kaki Renjun menggantung di udara, sebelum Haechan membidik kontolnya ke lubang licin Renjun, “As you wish, princess.” Dan pinggul Renjun mulai bergerak tanpa sadar, membenamkan milik Haechan ke dalam lubangnya yang udah kedut-kedutan. Renjun sepenuhnya terpengaruh dengan feromon Haechan yang luar biasa. Aroma Haechan ngehasilin bau sperma yang menyumbat ruangan, kegilaan yang menegaskan jika dirinya Alpha dari semua Alpha.

Haechan meraih paha Renjun dan mengangkatnya sampai ia melingkarkan kaki kurus sang Omega di pinggang. Renjun mencengkeram bahu lebar Haechan kuat-kuat sementara rengekannya terkubur di leher sang Alpha, “Knot me, Alpha.” Erang Renjun di telinga Haechan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rengekan saat Haechan menyodok kontolnya lebih dalam, berulang-ulang, seperti orang kesetanan. “Aah, hmm, ah, AH!”

Tusukan demi tusukan membuat cairan Renjun mengalir dengan licin, kepalanya terlempar ke belakang saat Haechan balas menjilati lehernya. Alpha itu bahkan mendorong ibu jarinya ke leher Renjun, begitu kuat hingga kepala Renjun membentur meja, dan dia membungkuk buat berbisik, “Berdiri di pojok sekarang.”

Renjun menelan ludah, siap menjelankan perintah, tapi juga enggan melepaskan diri dari kontol sang Alpha. Nada mendominasi Haechan udah ngubah kakinya jadi jeli, tapi mau tak mau dengan susah payah Renjun berdiri di pojok ruangan menuruti perintah Haechan.

“Dih nangis, tadi aja binal minta dikontolin,” Jaemin yang dari tadi diem akhirnya ikutan nyaut, tangannya sibuk ngocok penisnya sendiri. “Jangan kasih ampun, bos. Gempur aja sampe pingsang.”

Jeno di sampingnya menoleh dan noyor pala Jaemin, “Udah ngecrot aja lu, bego.”

“Gatahan, Jen.” Akunya agak ngos-ngosan abis pelepasan, “Mending sini lo gue kontolin juga, mau?”

“Anjing,” Umpat Jeno seraya menggeser tubuhnya menjauh dari Jaemin, “Gue juga pihak atas, tolol.”

“Ya, 'kan apa salahnya dicoba—”

“Bacot, Jaem.” Muka Jeno udah kecut banget, “Kontol gue bisa-bisa ga sange lagi.”

Jaemin mengedikkan bahunya acuh, lalu mulai fokus liatin Renjun yang sekarang lagi melotot horror Alpha dalam diri Haechan tampaknya sudah mengambil alih saat ini. Tak ada lagi CEO ramah yang selalu mengumbar senyuman hangat, melainkan hanya ada seseorang yang sepenuhnya mendominasi, menuntut, memerintah, menginginkan — seolah menegaskan di sini ada seseorang yang berjanji buat Omeganya tunduk.

“Maaf— maafin gue Alpha,” Renjun merengek tak tahu juga minta maaf untuk apa, tapi jujur saja dia sedikit takut. Haechan menerjang ke arahnya buat ngangkat salah satu kaki Renjun, merentangkan pahanya dan memperlihatkan seluruh lubangnya ke udara dingin yang tak luput dari pandangan Alpha lain.

Dih, anjing. Harusnya gue yang ngontolin tuh lubang.

Haechan menggeram, memamerkan giginya saat dia naikin kaki Renjun di atas pinggul, “Semua orang di ruangan ini bisa mencium feromon kamu, dan itu bikin saya gila. Kamu harus tanggungjawab untuk itu. Dengar?”

Haechan mencondongkan tubuh ke depan untuk memagut bibir Renjun, lidah mereka bergulat bersama saat Haechan terus melahap dan melahapnya, mencium Renjun dengan sangat kasar hingga si Omega bisa merasakan bibirnya membengkak. Renjun bahkan tidak bisa mengerang, semua suaranya tenggelam ke dalam mulut Haechan, dan dia terisak saat Haechan kembali meloloskan jemarinya menyodok lubang Renjun.

“Anjing, brengsek— ahh!” Renjun merengek dan hampir menjerit, karena demi Tuhan... Haechan tidak bersikap lembut sedikit pun — sang Alpha menarik lubang Renjun terbuka, jari-jarinya menyentak masuk dan keluar dengan kecepatan maksimal ke dinding Renjun yang juga ikut bengkak, dan Renjun tiba-tiba tahu apa yang sang Alpha coba lakukan. Dia tahu, dan itu membuat seluruh tubuh Renjun memerah karena malu.

Haechan sedang mencoba untuk membuatnya squirt.

No, ahh — no squirt, please.” Mohon Renjun putus asa, dia tau kalau sampai squirt cairanya bakal muncrat kemana-mana. Kalau sampai squirt dia bisa bego beneran dan minta dikontolin seharian. “Alpha, please — AH! No—AAAHH!”

Dan bener aja kontol Renjun muncratin peju sama air urinnya ke mana-mana bahkan sampe kena ke muka Alpha lain. Lubangnya sendiri banjir sama cairan bening, wangi banget sampe bikin Alpha lain ikutan menggeram dan ngecrot barengan.

Dada Renjun kembang kempis, kakinya udah gaada tenaga sama sekali, tapi birahinya udah bangkit lagi. Lubangnya udah kedut-kedutan lagi minta dikontolin sama di-knotting, “Mau lagi, mau dikontolin terus — kontol Alpha — knot—”

“Bisa kali bos mainannya kita kontolin rame-rame.” Mark udah ngaceng lagi liatin lubang Renjun minta giliran.

Jisung yang biasanya diem aja ikutan nyahut, “Mau kontolin mulutnya juga.”

Haechan bawa tubuh Renjun yang masih gelinjangan ke atas meja, “Yaudah boleh, tapi nanti. Sekarang mau saya kontolin lagi sampe anaknya pingsan.”

Fin.