Lee Donghyuck duduk diam memandangi layar komputer di hadapannya. Raganya boleh jadi ada di sana tapi tidak dengan fokus dan pikirannya. Pasalnya, hari itu Huang Renjun tak ada di kantor karena itulah ia jadi tak bersemangat bekerja. Dokumen yang harus dicek serta ditandatangani masih menumpuk di atas mejanya.
Pada jam seperti ini biasanya ia akan menatap Renjun yang sedang serius mengerjakan laporan. Secara diam-diam tentu saja, lewat dinding kaca yang menjadi pemisah ruangan mereka. Entah apa menariknya memperhatikan si karyawan baru itu. Hyuck juga kadang heran sendiri dibuatnya. Apapun yang dilakukan Huang Renjun selalu membuatnya tertarik.
Kebiasaan tersebut dimulai sejak Renjun bekerja di perusahaannya minggu lalu. Ya, betul. Si pemuda Huang baru bekerja seminggu di sana dan Hyuck sudah dibuat tergila-gila seperti ini.
Yang lebih parah lagi kalau Renjun mengajaknya pipis bersama (Sebetulnya Hyuck yang memaksa dengan alasan yang bahkan tak masuk di akal orang gila mana pun). Belum lagi kalau jam pagi Hyuck akan meminta Renjun datang ke ruangannya dengan alasan sepele, “Kursi di ruangan saya ada yang kosong, tolong kamu isi.” Setelah membuat pemuda itu duduk di sana, Hyuck akan kembali semangat bekerja.
Jika waktu jam makan siang, dimana semua karyawan mulai sibuk mencari menu makanan kesuakaan mereka, Hyuck akan menyelinap masuk ke ruang karyawan untuk menemukan Renjun yang tengah asik berbincang dengan teman sejawatnya. Kadang-kadang ia juga sering meminta lelaki itu untuk datang keruangannya hanya untuk minta ditemani makan siang bersama.
Namun, bukan itu alasan kuat yang membuatnya betah berlama-lama melihat Renjun yang pandai bersosialisasi dan mendapatkan teman baru. Hyuck tersenyum ketika mengingat sosok Renjun yang ceroboh memasukan garam ke dalam kopinya. Jika saja orang lain yang melakukan kesalahan seperti itu, pasti sudah lain cerita. Ckck.
“Nyengir bae sih bos, ini dokumen belom disentuh sama sekali.” Doyoung si sekertaris muda tampan dan tinggi menjulang menegurnya dengan nada jengkel.
Hyuck mendecak sebal, “Bukan urusanmu.”
Mendapati jawaban seperti itu Doyoung malah mendekatkan dirinya sambil memberi gestur berbisik, “Mau saya kasih tau ga bos?” katanya. “Tipe cwk ideal Huang Renjun.”
Hyuck memutar matanya jengah. Ia tak menggubris perkataan Doyoung yang menurutnya sangat sok tau. “Renjun suka cwk bermuka sangar dan bertato.”
Merasa tak digubris, Doyoung akhirnya beranjak bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Saat itulah Hyuck bertanya, “Mau pergi ke mana?”
Doyoung melenggang pergi setelah sebelumnya menjawab dengan ketus, “Bukan urusanmu.”