DAMN GOOD ADVICE

Na Jaemin hanyalah cowok normal. Ia juga kadang-kadang bisa melakukan hal memalukan. Tapi meraba dan mengelus bokong cowok lain? itu lain cerita.

tags oneshot, jaemren, jeaminxrenjun, humor, slice of life, dumb Jaemin. written in bahasa; non baku.

Na Jaemin pemuda tampan berkebangsaan Korea Selatan menatap tajam di balik buku bertuliskan “DAMN GOOD ADVICE” buku tersebut selalu menemaninya ke manapun ia pergi selama sepekan.

Entah saking cintanya ia pada buku tersebut atau hanya sekadar iseng, yang jelas pemuda itu bahkan belum selesai membaca semua dan tetap berkutat di halaman yang itu-itu saja. Pemuda itu mendengus sebal. Kedua matanya menyipit dan melebar diikuti gerakan tangan yang ia dekatkan dan jauhkan. Terus begitu sampai seseorang menegurnya dengan nada jengkel.

“Lama-lama kau rabun betulan” Katanya. “Menyerah sajalah.”

Na Jaemin, si pemuda tampan nan rupawan itu mendecak sebal. “Kalau tak mau bantu, kau diam sajalah.“ Sahutnya ketus.

“Kalau naksir si Huang itu, harusnya deketin langsung!” Jawab Haechan sewot. “Ini malah baca buku!”

Jaemin meletakan bukunya dan menatap Haechan dengnan Mata yang agak dipelet-peletin, sok mendramatrisir, “Lo gatau apa-apa, Chan,” katanya. “Buku ini buku yang Renjun baca dua minggu lalu.”

“Yaelah, Jaem... ganteng boleh pabo jangan!”

“Daripada ngomel, mending fotoin gue nih!” Jaemin melempar ponselnya ke arah Haechan dan ia pun langsung berpose keren. “Biar Renjun lihat di IG aku baca buku yang sama.”

Lee Haechan mendecih, namun ia tetap menuruti kemauan Jaemin. Satu jepretan, dua jepretan, sampai tujuh jepretan Haechan lakonin demi sahabatnya. Biar nanti bisa pilih mana yang lebih keliatan ganteng katanya.

Jaemin merebut ponsel miliknya tak sabar, kemudian setelah ia memilah dan memilih, akhirnya satu foto ia unggah di akun IG-nya. Cowok itu senyum-senyum seraya melihat postingan IG yang memang isinya hanya dari Huang Renjun semua.

Detik demi detik berlalu, namun harapan dinotice sang pujaan hati tidak kunjung menjadi nyata. Jaemin mendesah kecewa. Padahal jelas-jelas Renjun sedang on di akun IG-nya.

Lee Haechan menepuk pundak Jaemin dengan tatapan prihatin. “Yang sabar ya, bro.”

Dilemparnya buku yang sedari tadi ia genggam ke lantai. “Aarggh!” Ia mengumpat lalu berbalik hendak pergi dari sana dengan Haechan yang mengekor di belakangnya.

.

Siang itu duo JJ tampan nan keren alias Jaemin dan Jeno berencana akan membolos. Keduanya terlihat kompak saat memilih nongkrong di cafe daripada dengerin dosen mereka, Prof. Choi Siwon di kelas filsafat.

Na Jaemin hendak memesan minuman kesukaannya saat tiba-tiba ia melihat Renjun berada di sana, duduk dengan seorang senior dari fakultas teknik, Lee Minhyung. Ia perlahan mendekat dan menajamkan pendengarannya.

“Ini yang terakhir ya, kak.” Renjun mencubit gemas cowok di depannya. “Lain kali jangan bolos karena aku lagi.”

“Tenang aja kali, Ren,” Minhyung mengusap rambut Renjun dengan lembut. “Lo lebih penting daripada kelasnya prof. Donghae.”

Jaemin bisa melihat Renjun tersipu mendengar ucapan Minhyung yang menurutnya bisa bikin anjing kesayangannya muntah-muntah. Yah, walau Jaemin ga punya anjing sih, tapi iyahin aja biar dia seneng. Jaemin mendengus tak suka, lalu diikutinya Renjun yang kini sedang berjalan menuju tempat kasir, cowok itu hendak memesan minuman kesukaannya.

Begitu jarak mereka hanya tinggal satu langkah, tiba-tiba Jaemin mengambil sisa minuman di salah satu meja dan menumpahkan semua isinya tepat ke bokong Renjun. Kemudian dengan sigap dirinya membantu Renjun yang kini sedang panik.

“Aduh maaf ga sengaja,” Dalam kesempatan itulah Jaemin menyentuh beberapa bagian sensitif Renjun, niatnya beneran membantu, tapi tangannya tiba-tiba tak tahu diri. Dan dalam hitungan detik ia bisa merasakan pipinya berdenyut nyeri akibat tamparan keras dari Renjun, “Brengsek! Kau pikir apa yang kau lakukan pada piiip dan piiip ku, Hah!”

Namun sayang, bukannya takut Na Jaemin malah meraba bokong Renjun sekali lagi. Kali ini tangannya berusaha menyelusup ke dalam kemeja Renjun yang ikut kecipratan sisa minuman tadi, dan Jaemin harus merasakan satu tamparan lagi mendarat di pipinya.

Tak lama Jeno dan Minhyung mendekati mereka. Keduanya menatap bingung Jaemin dan Renjun. Namun Minhyung akhirnya buru-buru membawa Renjun keluar dari sana.

Jeno menatap Jaemin dan berkata, “Jujur aja, lo emang pantes ditabok,” Ia tampak tak peduli ketika Jaemin mengaduh dan memegangi kedua pipinya yang memerah. “Rupanya otak lo memang udah rusak.”

Sebelum mereka akhirnya memilih pergi dan membatalkan niat awal mereka untuk nongkrong di sana, Na Jaemin bergumam pelan, “Really damn good advice.”

.

“Jaemin-ah, yah! Na Jaemin! lo dengerin gue gak, sih?”

Na Jaemin hanya melirik sekilas ke arah sahabat berisiknya. Lalu dengan malas ia melempar bungkus rokok ke atas meja.

“Lo kenapa lagi sih?” ucap Jaemin mulai gusar.

Lelaki dengan tahi lalat mempesona di wajahnya itu mengepalkan sebelah tangan. “Jadi lo benar-benar ga dengerin gue ya,” cecarnya sebal. “Gue bilang, pesta pernikahan Kyu hyun sunbaenim akan diadakan minggu depan.”

“Ya, lalu?”

“Gue bosen pergi berdua sama lo, sejak bayi kita selalu berengan. Kemana-mana juga selalu berdua! Lo emang mau dianggap homo?”

Halah. Padahal Jaemin tau betul sohibnya itu punya ketertarikan khusus sama cowok imut bernama Zhong Chenle. Namun, dia selalu mengelak di setiap ada kesempatan. Gengsi katanya. Masa batang sama batang.

“Gue ga peduli sama komentar orang lain,” jawab Jaemin sekenanya. Dia mulai menyalakan gasoline ke arah rokok yang sudah diimpit kedua bibirnya.

Lee Haechan mengerjapkan kedua matanya tak percaya, lalu mendadak malu-malu kucing. “Eh, jadi lo ga keberatan?”

“Lo bukan tipe gue sih, Chan.”

Jaemin sukses mendapat jitakan keras di kepalanya — membuat pemuda itu akhirnya bangkit duduk dengan asap rokok yang mengepul.

Haechan berangsur-angsur mulai geram. “Makanya kata gue juga! Kita harus cari cewek buat temen ke sana! Lo ini bisa serius gak sih?”

“Kita?” ulang Jaemin. “Lo aja kali, gue mah engga.”

Lama-lama Jaemin gedek juga ngeladenin sohibnya yang satu ini. Sudah jelas-jelas Na Jaemin itu tertariknya sama jantan, bukan betina.

Haechan melongo dengan wajah bingung, “Hah?”

Mata Jaemin melekat penuh pada sosok Renjun yang baru saja masuk kelas. Ditatapnya dengan penuh rasa penasaran dan juga sedikit — banyak rasa kagum.

“Gua mah udah dapet incaran.”

.

Sore itu setelah kelas filsafat selesai, Na Jaemin melesat pergi meninggalkan Lee Haechan yang kini menyumpahinya karena sudah menyiram dirinya dengan air penuh seember. Awalnya Jaemin cuman minta Haechan buat menemenin sang pujaan hati aka Huang Renjun, tapi si beruang Grizzly itu malah mengomporinya dengan mengatakan kalau Renjun sedang asik berkencan dengan kakak senior dari fakultas Teknik, siapa lagi kalau bukan si tampan Lee Minhyung.

Saking kesalnya Jaemin menyambar air bekas empelan dan menyiramkannya tepat ke wajah Haechan yang sudah dekil kini akan semakin tambah seperti malika. Ah, inilah kenapa kau harus tau peribahasa jangan menyiram bensin ke dalam api yang membara. Bisa-bisa meledak.

Jaemin itu terbilang anak nakal. Meski Haechan juga sama saja, tapi Jaemin itu sangat nekat. Minggu lalu saja salah satu dosen mereka menjadi korban kejahilan Jaemin. Haechan sih ogah, ga mau ikut-ikut kalau targetnya Mr. Heecul. Nanti bisa kena kutuk.

Terbukti seminggu ini Jaemin selalu kena sial mulu. Mulai dari ditampar gebetan, hingga jatuh ke selokan. Malah sekarang ini dia sedang jadi bahan gunjingan sekampus karena selalu terang-terangan menggoda Renjun, anak fakultas ekonomi, disetiap ada kesempatan.

Seolah tak pernah mengenal kata menyerah, Jaemin kali ini pun akan kembali mencoba mendekati Renjun. Dengan alasan untuk mengajaknya ke pesta pernikahan Kyu Hyun sunbaenim, padahal jelas-jelas Renjun minggu lalu sudah menamparnya. Gara-gara kejadian menumpahkan kopi ke bokong semoknya Renjun. Dari situlah mungkin Haechan merasa malas membantu Jaemin, bukan apa-apa, tapi Haechan masih punya rasa malu, sedangkan Jaemin sepertinya tidak sama sekali.

Awalnya Jaemin itu jenis pemalu dan pasif, tetapi entah kenapa setelah membaca buku —yang katanya juga pernah dibaca Renjun— sekarang malah menjadi nyeleneh. Caranya untuk mendekati Renjun selalu aneh-aneh.

Seperti sekarang ini, ia tengah menunggu di depan pintu toilet. Setelah mengikuti Renjun beberapa menit yang lalu, Jaemin akhirnya mendapat kesempatan untuk menyampaikan maksudnya. Mengajak Renjun menjadi pasangan ke pesta pernikahan Kyu Hyun Sunbaenim.

Untuk beberapa menit Jaemin nenunggu Renjun yang sedang berada di dalam toilet. Jarinya mengetuk-mengetuk pelan pintu sambil menyandungkan sebuah lagu, tatapi menit berikutnya ia langsung menegakkan tubuh ketika pintu itu terbuka dan menampakkan Huang Renjun yang langsung memincingkan kedua matanya.

“L-lo...”

Jaemin tersenyum simpul yang dianggap sebagai seringaian licik di mata Renjun. Lelaki itu hendak menerobos keluar ketika sebelah tangannya ditahan oleh Jaemin. “Mau ke mana, cantik?”

Renjun tersentak kaget ketika ia merasakan Jaemin menarik paksa tangannya. “Lepasin!”

“Oke-oke,” kata Jaemin dengan nadanya yang paling santai, “Tapi jangan kabur, ya manis.”

Renjun kini diam tak melawan. Ia menepis tangan Jaemin dengan kasar. “Apa mau lo?” Katanya ketus. Terakhir kali Renjun ketemu Jaemin, ia harus merelakan kesucian bokongnya karena lelaki itu. Bukan ngegrepe sih sebenarnya cuman ya gitu, muka Jaeminnya aja yang minta banget ditampol.

“Kau tahu...” katanya seraya berjalan mendekat ke arah Renjun sehingga membuat pemuda itu mundur perlahan dan kini punggungnya menempel pada pintu toilet. “Aku menyukaimu, dan aku ingin kau menjadi kekasihku.”

Idih pake aku kamu banget ga tuh...

Renjun menelan ludahnya. Ia merasakan tubuhnya dihimpit oleh Jaemin. “J-jangan macem-macem.” Kini wajah Renjun memerah hebat. Ia bisa merasakan embusan napas Jaemin menerpa wajahnya.

“Gue sungguh-sungguh, Ren.”

Saat itu Renjun memberanikan diri menatap Jaemin, dan ia berani bersumpah demi sempak glow in the dark Sungchan yang bercorak maung, Renjun melihat semburat merah muda di kedua pipi putih Jaemin.

Oh. Wow.

Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali. Tak percaya. Kemudian kedua tangannya menyentuh wajah Jaemin yang menghangat. “Wajah lo merah banget.”

Jaemin mengalihkan pandangannya, tetapi gagal karena Renjun kini merengkuh wajahnya dan menatapnya lurus-lurus. “Wajah lo merah, Jaem.”

“Abis makan sambel dua kilo tadi.”

“Huh?”

“Maksudnya makan saos.”

”...”

“Maksud gue makan stoberi.”

“Lo 'kan ga suka stroberi.”

“Iya juga sih.”

Renjun ga ngejawab lagi, tetapi malah tersenyum manis dan hampir saja membuat Jaemin melakukan hal nekat. Menyerang Renjun dan melakukan ini itu, tetapi untung saja otaknya masih cukup waras. “Lo mau jadi pacar gue?”

Renjun mengangguk, dan saat itulah Jaemin lupa diri. Ia mendorong Renjun ke dinding lalu menciumnya singkat dan berlari ke luar seraya berteriak, “REALLY DAMN GOOD ADVICE!!!”

Ya, ya, Jaemin memang sengaja melakukan hal-hal aneh nan nyeleneh karena memang untuk menarik perhatian Renjun—begitulah saran di buku yang Jaemin baca minggu lalu.

“Yah! na Jaemin!!”

Renjun mengejar Jaemin yang kini berteriak tak jelas menuju lapangan basket. Lelaki itu sesekali menyalami tangan orang yang berlalu lalang seraya mengatakan selamat pada dirinya sendiri. Lee Haechan yang melihatnya dari kejauhan langsung mengambil langkah seribu.

Ah, setidaknya kini Jaemin memiliki pasangan untuk dibawa ke acara pernikahan Kyu Hyun Sunbaenim. Dan tentu saja ia sudah tak jomblo lagi, ia juga akan langsung memamerkannya pada Jeno. Ya, ya. Ia juga akan melakukan ini itu bersama Renjun nanti malam. Ah, sudahlah.

Fin.

*Moral value; jangan baca buku yang aneh2 ya, cukup dekati doi dengan cara yang waras 👍